Selasa, 30 Juli 2013
Kamis, 11 Juli 2013
KEUTAMAAN BULAN ROMADHAN
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
Wasiat bittaqwa
Sekarang kita berada di bulan suci Ramadlan, bulan yang penuh rahmat,
hidayah, ampunan, pembebasan diri dari siksa neraka. Untuk itu, marilah kita
gunakan waktu bulan Ramadlan ini dengan senantiasa meningkatkan amaliah-amaliah
ibadah untuk menuju kebahagiaan yang hakiki kelak di yaumul qiyamah/alam
barzah. Bulan yang penuh hikmah ini, belum tentu kita tahun depan bisa bertemu
kembali. Menghirup udara di bulan tersebut. Ini semuanya adalah kita pasrahkan
kepada yang Maha kuasa yaitu Allah. Kita hamba Allah tidak bisa memastika atau
menentukan.
اَناَ اُرِيْدُ اَنْتَ تُرِيْدُ
وَاللهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ
Pada kesempatan ini, yang perlu adalah kita mawas diri/introspeksi diri
kita sendiri. Sudahkah selama kita melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan apa
yang dicanangkan oleh agama, seperti halnya persoalan yang ada dalam pribadi
seseorang. Sejauh mana kita bisa menahan gejolak emosional, sifat ghibah
menghardik dan sebagainya. Mampukan kita mengatasi hal tersebut secara
maksimal..? sudahkah semua pelaksanaan kegiatan fisik kita dioptimalkan untuk
menuju tatanan ibadah..? seperti mata, berapa persenkah mata kita digunakan
untuk membaca ayat-ayat Allah dalam kehidupan selama kehadiran bulan
ramadlan..? berapa Juzkan Al Qur’an yang sudah kita baca..?. Telinga, mampukah
telinga kita ketika mendengarkan sesuatu yang tidak menimbulkan kemaksiatan
selama kedatangan bulan suci ini..? sudahkah hari kita, siang malam selalu
ingat kepada Allah baik melalui dzikir, munajat atau amalan-amalan untuk menuju
pengabdian kita kepada Yang Maha Kuasa..? kalau kita jawabannya belum 100% maka
pada kesempatan yang baik inilah kita ada peluang untuk memohon kepada Allah
agar senantiasa diberi kekuatan untuk merubahnya menuju kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan tuntunan syari’at. Dan juga pada bulan ramadlan ini kita
berkesempatan untuk memperbaiki diri, bertobat meskipun dapat dilakukan kapan
saja. Namun terasa lebih terbuka dan konsentrasi manakala ada pada bulan yang
penuh berkah ini. Untuk itu marilah kita senantiasa beribadah dengan ikhlas,
betul-betul mengharap ridho Allah sehingga ibadah puasa kita tidak sia-sia bahkan
mendapat pahala dari Allah yang berlipat ganda.
( PD
II/82 ) لَوْ
يَعْلَمُ مَا فِى هَذَاالشَّهْرِ مِنَ اْلخَيْرَاتِ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِيْ اَنْ يَكُوْنَ
رَمَضَانَ السَّنَةَ كُلَّهَا
Artinya : “Andai sekalian manusia mengetahui bulan ramadlan itu dilipat
gandakannya pahala, betul-betul umatku mengharap mudah-mudahan setahun itu
menjadi bulan ramadlan semua.”
شَهْرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ
اْلمُؤْمِنِ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَاَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَأَخِرُهُ
عِتْقٌ مِنَ النَّارِ (تنبيه الغافلين : ١١٨)
Artinya : “Bulan Ramadlan adalah bulan dimana Allah menambahkan rizqi
pada kita semua selaku orang muslim. Sehingga niscaya Allah ketika waktu yang
sangat berharga ini digunakan untuk beribadahsemata-mata, Allah akan memberikan
kecukupan dalam kehidupan kita semua.”
Apalagi nanti ketika kita memasuki 10 hari terakhir yang termasuk
dianjurkan Rasul untuk memperbanyak ibadah.
Sebagaimana sabda Rasul :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اْلعَشْرَ أَحْياَ
اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَذَّ اْلمِئْزَرَ
(PD
II/97)
Artinya : “Dari ‘Aisyah RA. berkata, Nabi Muhammad SAW tiap-tiap malam
likuran (sepertiga yang terakhir) tekun beribadah, dan membangunkan keluarganya
untuk diajak beribadah bersama.”
Apalagi pada tanggal-tanggal tersebut kita menghendaki
untuk bisa mendapatkan Lailatul Qodar (ليلة
القدر)
فَقَدْ سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَلاَماَتِ لَيْلَةِ اْلقَدَرِ, فَقَالَ : هِيَ
لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ أَىْ مُشْرِفَةٌ نَيِّرَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ وَلاَ
سَحَابَ فِيْهَا وَلاَ مَطَرَ وَلاَ رِيْحَ وَلاَ يُرْمَى فِيْهاَ بِنَجْمٍ وَلاَ
تُطْلُعُ الشَّمْسُ صَبِيْحَتَهَا مُشْعِشَةً.
( PD
II/96 )
Artinya : “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tanda-tanda lailatul
qodar. Beliau bersabda : malam lailatul qodar yaitu malam yang terang dan
cemerlang, hawanya tidak panas dan tidak dingin, tidak ada awan dan tidak ada
hujan, tidak ada angin dan tidak ada bintang yang dilempar, dan paginya,
keluarnya matahari terang tidak tersirat.”
وَعَنْ
عائشةَ قَالَتْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِذَا وَافِيْتُ لَيْلَةَ اْلقَدَرِ فِبِمَ أَدْعُوْا
؟ قَالَ : قُوْلِيْ, اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّي.
(PD II/97)
Artinya : “Siti Aisyah berkata pada Nabi SAW : Wahai Rasulallah, bila
saya berada dimalam Lailatu Qodar apa ada do’a yang harus saya baca..?. Nabi bersabda : yaitu membaca : Wahai
Allah, sesungguhnya engkau adalah Maha Pemaaf dan senang akan kemaafan, maka
maafkanlah aku.”
Disamping kita memperbanyak amal ibadah kita, tapi jangan lupa kita juga
harus bisa menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa
kita.
خَمْسَةُ
أَشْياَءَ تُحْبِطُ الصَّوْمَ : اْلكَذِبُ وَاْلغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَاْليَمِيْنُ
اْلغَمُوْسُ وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ
Lima perkara yang bisa
menghilangkan pahala puasa :
1.
Berbohong
2.
Mengumpat/Menggunjung
3.
Adu
Domba/Memfitnah
4.
Sumpah
Palsu
5.
Melihat
Perempuan Lain dengan syahwat
Hadirin
Rahiakumullah…
Perlu kita
ketahui, bahwasanya ibadah puasa itu memiliki tiga tingkatan/drajat.
Diantaranya :
1.
صوم
العوام
Puasanya
orang ‘awam, tingkatan puasa ini hanya sebatas meninggalkan makan dan minum
saja, dari fajar sampai ghurub (terbenamnya matahari). Namun, anggota tubuh
masih belum bisa melepaskan diri dari yang namanya kemaksiatan. Telinga masih
saja mendengarkan kemaksiatan, lidah masih tetap melakukan kebohongan,
menggunjing, memfitnah dan sebagainya.
2.
صوم
الخواص
Pada
tingkatan puasa ini, selain menahan rasa lapar dan dahaga, anggota tubuh juga
mampu meninggalkan apa-apa yang mengarah pada kemaksiatan. Termasuk tidak
terlalu kenyang ketika berbuka puasa, walaupun yang dimakan adalah makanan yang
halal.
3.
صوم
الخواص الخواص
Tingkatan
puasa yang terakhir ini, puasanya para Anbiya dan Assiddiqin. Selain menahan
rasa lapar, dahaga, menjaga anggota tubuh agar tidak mengarah pada hal-hal
kemaksiatan, mereka juga di bulan Ramadhan yang suci ini senantiasa
meningkatkan تقرب/pendekatan diri kepada Allah SWT. Serta meninggalkan
pemikiran-pemikiran yang bersifat duniawi
( الأفكار
الدنيوية
).
معاشر المسلمين رحمكم
الله..............
Namun demikian,
kita harus merasa bahagia atas kedatangan bulan suci Ramadhan, sekaligus
dijadikannya kita semua sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Sebab, di bulan suci
Ramadhan Allah SWT senantiasa memberi keutamaan terhadap umat Nabi Muhammad
SAW, yang tidak pernah diberikan kepada selain umat Nabi Muhammad SAW.
أُعْطِيَتْ
أُمَّتِيْ خَمْسَةُ أَشْياَءَ لَمْ تُعْطَ لأَحَدٍ قَبْلَهُمْ
1.
Di
awal bulan Ramadhan, Allah SWT memandang umat Muhammad SAW dengan rasa penuh
kasih sayang. Sedang, barang siapa yang dilihat oleh Allah SWT dengan rasa
kasih sayang/rahmat, niscaya ia akan dijauhkan dari siksa Allah.
يَنْظُرُ
اللهُ اِلَيْهِمْ بِالرَّحْمَةِ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ اِلَيْهِ بِالرَّحْمَةِ لاَيُعَذِّبُهُ
بَعْدَهُ اَبَدًا.
2.
Allah
memerintahkan para malaikat untuk memintakan ampun pada Allah bagi orang-orang
yang berpuasa.
يَأْمُرُ
اللهُ تَعَالَى اْلمَلَائِكَةَ بِاْلإِسْتِغْفَارِ لَهُمْ.
3.
Bahwasanya
disisi Allah, aroma mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada aroma
minyak misik.
أَنَّ
رَائِحَةَ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ،
4.
Allah
berkata pada surga. Wahai surge, ambilah perhiasanmu. (yakni orang-orang yang
dikasihani Allah SWT)yang senantiasa berpuasa di bulan suci Ramadhan.
طُوْبَى
لِعِباَدِي اْلمُؤْمِنِيْنَ هُمْ أَوْلِيَائِىْ.
5.
Allah
akan memberikan ampunan kepada mereka atas dosa-dosa yang telah diperbuat.
يَغْفِرُ
اللهُ تَعَالَى لَهُمْ جَمِيْعًا.
معاشر المسلمين رحمكم
الله..............
Demikian
tadi keuntungan/keutamaan kita semua manakala kita selalu melaksanakan ibadah
puasa dan memperbanyak amalan sholeh di bulan Ramadhan ini.
جعلنا الله وإياكم من
الفائزين الأمنين. وادخلنا وإياكم فى زمرة الموحدين. أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم. شهر رمضان الذي أنزل فيه القران هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان. وقل
رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.
Minggu, 07 Juli 2013
KETUHANAN
Imam
Abu Hanifah pernah bercerita : Ada seorang ilmuwan besar, Atheis dari
kalangan bangsa Rom, tapi ia orang kafir. Ulama-ulama Islam membiarkan
saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh kerana itu
dia segan bila bertemu dengannya. |
Pada suatu hari, manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu naik
mimbar dan mahu mengadakan tukar fikiran dengan sesiapa saja, dia hendak
menyerang ulama-ulama Islam. Di antara shaf-shaf masjid bangunlah
seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat
depan mimbar, dia berkata: “Inilah saya, hendak tukar fikiran dengan
tuan”. Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia
tetap merendahkan diri kerana usia mudanya. Namun dia pun angkat
berkata: “Katakan pendapat tuan!”. Ilmuwan kafir itu heran akan
keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya:
Atheis : Pada tahun berapakah Rabbmu dilahirkan? Abu Hanifah : Allah berfirman: “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan” Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahawa Allah ada pertama yang tiada apa-apa sebelum-Nya?, Pada tahun berapa Dia ada? Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu. Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan! Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan? Atheis : Ya. Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu? Atheis : Tidak ada angka (nol). Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahuluiNya? Atheis : Dimanakah Rabbmu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya. Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju? Atheis : Ya, sudah tentu. Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bahagian mana tempatnya keju itu sekarang? Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu diseluruh bahagian. Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan! Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Rabbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas? Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal? Atheis : Ya, pernah. Abu Hanifah : Sebelumnya ia berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu? Atheis : Kerana rohnya telah meninggalkan tubuhnya. Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana? Atheis : Ya, masih ada. Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas? Atheis : Entahlah, kami tidak tahu. Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat mahupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!! Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah? Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap? Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru. Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi. Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya? Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya. Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar? Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia. Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan? Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, sep |
Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Nabi Ibrahim lahir di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” di
kerajaan Babilonia yang dipimpin oleh Raja Namrud. Pada masa itu,
Kerajaan Babilonia termasuk kerajaan yang makmur. Namun, kehidupan
mereka masih jahiliyah. Bahkan Ayahnya, Azar, adalah seorang pemahat
patung.
Suatu hari Namrud mendapat firasat bahwa akan lahir bayi laki-laki
yang akan menggulingkan kekuasaanya. Maka diperintahkanlah kepada
seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Hingga ketika Nabi Ibrahim lahir, Azar tidak tega membunuh anaknya, maka
dibuanglah Ibrahim ke tempat yang jauh.
Namun Ibrahim ada dalam perlindungan Allah, sehingga tidak ada
binatang buas yang sanggup mendekatinya. Selain itu, Ibrahim dikaruniai
mukjizat berupa jempol yang dapat mengeluarkan cairan manis sehingga
Ibrahim tidak merasa lapar atau haus.
Selama setahun Ibrahim tinggal di dalam gua. Setelah Ibrahim semakin
dewasa, ayah dan ibunya akhirnya berani membawa Ibrahim kembali ke
rumah. Suatu hari Ibrahim bertanya.
“Wahai ayah dan ibu, siapakah yang menciptakan aku?” ayahnya menjawab “Tentu saja ayah dan ibumu.”
Ibrahim bertanya lagi “Siapa yang menciptakan ayah dan ibu?” ayahnya menjawab “Kakek dan nenekmu.”
Ibrahim bertanya lagi “Lalu siapa yang pertama kali menciptakan
semuanya?” namun ayahnya tidak menjawab karena tidak mengenal Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Al-An’am 76-79:
76. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia
berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk
orang yang sesat”.
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.
79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Hidayah Allah
Dia memberi Hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah : 142)
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-baqarah : 213)
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan. QS. Al-An’am : 88)
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka
merekalah orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raaf : 178)
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah
kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)
nya. (QS. Al-Anbiyaa’ : 51)
Penutup
Itulah cara Nabi Ibrahim alaihi salam mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Awwaluddin ma’rifatullah (Awal agama adalah mengenal Allah).
Barangsiapa yang ingin mengenal Allah, maka kenali dirinya baru ia akan
mengenal siapa Allah sesungguhnya, dimana Allah, dan kenapa kita harus
menyembah Allah.
SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN.
SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN.
1.Pemikiran barat atau manusia primitive
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme adalah sebagai berikut :
a. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b. Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d. Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagai tuhan.
e. Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
2.pemikiran Umat Islam
Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid,secara garis besar dalam islam ada 3 aliran :
a. mu’tazilah
kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.
c. Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme adalah sebagai berikut :
a. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b. Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d. Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagai tuhan.
e. Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
2.pemikiran Umat Islam
Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid,secara garis besar dalam islam ada 3 aliran :
a. mu’tazilah
kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.
c. Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.
.Tuhan menurut agama-agama wahyu.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain dapat ditemukan didalam :
a. Q.S Al-anbiyak ayat 92
Dalam surat al-anbiyak ayat 92 dijelaskan kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak dahulu sampai sekarang.Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama-agama penyebabnya adalah karena perbuatan manusia.Ajaran yang tidak sama dengan konsep aslinya hal itu merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.
b. Q.S al-maidah ayat 72
Dalam surat al-maidah dijelaskan Tuhan yang haq dalam konsep al-qur’an adalah Allah hal ini antara lain dinyatakan dalam surat ali imran ayat 62 : “sesungguhnya ini adalah kisah yang besar,tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Allah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.
Dengan mengemukakan alasan-alasan yang disebutkan diatas maka menurut informasi al-qur’an sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan “Allah” dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah.Keesaan Allah adalah mutlak.Dia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain.Sebagai ummat islam yang mengikrarkan kalimat syahadat harus menempatan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap gerak,tindakan dan ucapan.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain dapat ditemukan didalam :
a. Q.S Al-anbiyak ayat 92
Dalam surat al-anbiyak ayat 92 dijelaskan kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak dahulu sampai sekarang.Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama-agama penyebabnya adalah karena perbuatan manusia.Ajaran yang tidak sama dengan konsep aslinya hal itu merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.
b. Q.S al-maidah ayat 72
Dalam surat al-maidah dijelaskan Tuhan yang haq dalam konsep al-qur’an adalah Allah hal ini antara lain dinyatakan dalam surat ali imran ayat 62 : “sesungguhnya ini adalah kisah yang besar,tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Allah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.
Dengan mengemukakan alasan-alasan yang disebutkan diatas maka menurut informasi al-qur’an sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan “Allah” dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah.Keesaan Allah adalah mutlak.Dia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain.Sebagai ummat islam yang mengikrarkan kalimat syahadat harus menempatan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap gerak,tindakan dan ucapan.
Sabtu, 06 Juli 2013
KHOTBAH JUMAT Fase Kehidupan Dunia yang Sementara
ان الحمد لله الذى
أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا
وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك
له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية
قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما
كثيرا. أما بعد. فياأيها الناساعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي
الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ
نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ
وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan mementingkan segala perintah-Nya dan mengalahkan urusan dunia. Sungguh urusan dunia itu hanyalah bersifat sementara.
Al-Qur’an telah menerangkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati musnah di telan bumi. Ada fase dalam kehidpan yang harus dilalui meskipun fase itu terkesan lama, sesungguhnya hanya amun-amun belaka
Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa setiap fase kehidupan tersebut akan dilalui oleh manusia selama delapan tahun.
Pertama La’ibun secara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dalam bahasa Indonesia keseharian ‘mainan’ adalah anonim dari ‘beneran’. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang beneran, tapi hanya bohongan. Rumah di dunia adalah rumah-rumahan, kawin di dunia adalah kawin-kawinan dan begitulah seterusnya.
Jika diterapkan penafsiran Imam Najmuddin dalam ayat ini, maka fase la’ibun ada fase pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan permainan. Lihat saja anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam usia tersebut. Bahkan begitu pentingnya permainan hingga diciptakanlah berbagai macam kelompok bermain (playgroup). Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa la’ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan manfaat dari apa yang dilakukannya, karena semua itu hanya sekedar permainan.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu. Tawuran, kebut-kebutan semua dilakukan tanpa ada pertimbangan, asal hati senang maka kakipun melangkah. Inilah sifat yang melanda anak manusia dalam fase kedua kehidupannya, ketika remaja berumur 9-16 tahun.
Ketiga zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika umur telah mulai menginjak tujuh belas tahu, maka mulailah perempuan itu menyadari akan keperempuanannya. Mulailah apa yang disebut dengan masa kedewasaan. Diantara tanda-tandanya adalah berlama-lama di depan kaca. Mematut muka, merias diri, memperbesar apa yang sekiranya masih kecil dan berusaha memperbesarkannya.
Begitu juga dengan masalah penampilan, fase kehidupan ini (17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Motor harus ada, HP harus seri terbaru, kuliah harus diperguruan tinggi. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua tuntutan itu hanya semakin menjauh dari subtansi kehidupan. Tidak peduli pengetahuan yang didapat, yang penting universitas yang terkenal. Tidak peduli dengan pantas atau tidak yang penting tampil keren dan mempesona. Sungguh semua itu adalah dalil betapa kehidupan dunia ini adalah asesoris belaka.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keempat, tafakhurun baynakum artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan, dunia menjadi media saling menyombongkan diri, atau dalam bahasa jawa disebut ‘anggak-anggakan’. Baik saling menyombongan kepunyaan maupun ke’turunan’. Biasanya dalam fase ini antara umur 25-32 tahun anak manusia mulai mencari jati dirinya. Dalam pencarian itulah ada kalanya dia membanggakan nasabnya, atau membanggakan milik ayahnya hanya sekedar ingin terlihat lebih di antara sesama.
Kelima takatsurun fil amwal, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada saat-saat inilah kita melihat semangat yang menggebu dalam diri manusia untuk berbisnis menumpuk harta Bahkan juga masa memanjakan anak dan keluarga. Maka janganlah heran jika para koruptor itu didominasi oleh orang orang muda yang ingin menumpuk harta.
Keenam takatsurun fil aulad, fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Jika menuruti pendapat Iman Najmuddin an-Nasafi, maka umur empat puluh ke atas adalah masa yang wajar seseorag mulai memperhatikan kepentingan anak dan cucu-cucunya. Memabanggakan dan terlalu memikirkan kehidupan mereka. Seolah tidak tega jika melihat anak dan cucu itu terlantar hidupnya, maka diteruskanlah fase sebelumnya, sehingga para berkorupsi demi anak cucu dan bernepotisme menjalin jejaring yang kuat untuk mempertahankan kekayaan dan kehidupannya.
Maka menjadi tidak aneh, ketika kesempatan berkumpul dengan sesama dalam reoni keluarga atau reoni kawan lama yang akan dipertanyakan adalah berapa jumlah anak dan cucunya.
Inilah, keadaan hidup di dunia. Jikalau kita tidak sekedar sadar diri niscaya kita akan terhanyut dalam arus yang makin menjauhkan hidup ini dari subtansinya. Semakin tersibukkanlah kita dengan remeh temeh keduniawian yang tidak ada putusnya, dunia bakagikan candu yang tidak mudah dihentikan.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Maka, begitulah remeh temeh perjalanan hidup di dunia dan betapa sebenatarnya kehidupan ini, sehingga ditamsilkan dalam ayat ini bagaikan umur tumbuhan yang tersiram , tumbuh, berbuah lalu hancur tak berbekas.
Oleh karena itulah sungguh beruntung mereka yang mengerti dan menyadarinya, lalu membenahi langkah dalam kehidupannya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan mementingkan segala perintah-Nya dan mengalahkan urusan dunia. Sungguh urusan dunia itu hanyalah bersifat sementara.
Al-Qur’an telah menerangkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati musnah di telan bumi. Ada fase dalam kehidpan yang harus dilalui meskipun fase itu terkesan lama, sesungguhnya hanya amun-amun belaka
اعْلَمُوا أَنَّمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ
حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa setiap fase kehidupan tersebut akan dilalui oleh manusia selama delapan tahun.
Pertama La’ibun secara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dalam bahasa Indonesia keseharian ‘mainan’ adalah anonim dari ‘beneran’. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang beneran, tapi hanya bohongan. Rumah di dunia adalah rumah-rumahan, kawin di dunia adalah kawin-kawinan dan begitulah seterusnya.
Jika diterapkan penafsiran Imam Najmuddin dalam ayat ini, maka fase la’ibun ada fase pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan permainan. Lihat saja anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam usia tersebut. Bahkan begitu pentingnya permainan hingga diciptakanlah berbagai macam kelompok bermain (playgroup). Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa la’ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan manfaat dari apa yang dilakukannya, karena semua itu hanya sekedar permainan.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu. Tawuran, kebut-kebutan semua dilakukan tanpa ada pertimbangan, asal hati senang maka kakipun melangkah. Inilah sifat yang melanda anak manusia dalam fase kedua kehidupannya, ketika remaja berumur 9-16 tahun.
Ketiga zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika umur telah mulai menginjak tujuh belas tahu, maka mulailah perempuan itu menyadari akan keperempuanannya. Mulailah apa yang disebut dengan masa kedewasaan. Diantara tanda-tandanya adalah berlama-lama di depan kaca. Mematut muka, merias diri, memperbesar apa yang sekiranya masih kecil dan berusaha memperbesarkannya.
Begitu juga dengan masalah penampilan, fase kehidupan ini (17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Motor harus ada, HP harus seri terbaru, kuliah harus diperguruan tinggi. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua tuntutan itu hanya semakin menjauh dari subtansi kehidupan. Tidak peduli pengetahuan yang didapat, yang penting universitas yang terkenal. Tidak peduli dengan pantas atau tidak yang penting tampil keren dan mempesona. Sungguh semua itu adalah dalil betapa kehidupan dunia ini adalah asesoris belaka.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keempat, tafakhurun baynakum artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan, dunia menjadi media saling menyombongkan diri, atau dalam bahasa jawa disebut ‘anggak-anggakan’. Baik saling menyombongan kepunyaan maupun ke’turunan’. Biasanya dalam fase ini antara umur 25-32 tahun anak manusia mulai mencari jati dirinya. Dalam pencarian itulah ada kalanya dia membanggakan nasabnya, atau membanggakan milik ayahnya hanya sekedar ingin terlihat lebih di antara sesama.
Kelima takatsurun fil amwal, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada saat-saat inilah kita melihat semangat yang menggebu dalam diri manusia untuk berbisnis menumpuk harta Bahkan juga masa memanjakan anak dan keluarga. Maka janganlah heran jika para koruptor itu didominasi oleh orang orang muda yang ingin menumpuk harta.
Keenam takatsurun fil aulad, fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Jika menuruti pendapat Iman Najmuddin an-Nasafi, maka umur empat puluh ke atas adalah masa yang wajar seseorag mulai memperhatikan kepentingan anak dan cucu-cucunya. Memabanggakan dan terlalu memikirkan kehidupan mereka. Seolah tidak tega jika melihat anak dan cucu itu terlantar hidupnya, maka diteruskanlah fase sebelumnya, sehingga para berkorupsi demi anak cucu dan bernepotisme menjalin jejaring yang kuat untuk mempertahankan kekayaan dan kehidupannya.
Maka menjadi tidak aneh, ketika kesempatan berkumpul dengan sesama dalam reoni keluarga atau reoni kawan lama yang akan dipertanyakan adalah berapa jumlah anak dan cucunya.
Inilah, keadaan hidup di dunia. Jikalau kita tidak sekedar sadar diri niscaya kita akan terhanyut dalam arus yang makin menjauhkan hidup ini dari subtansinya. Semakin tersibukkanlah kita dengan remeh temeh keduniawian yang tidak ada putusnya, dunia bakagikan candu yang tidak mudah dihentikan.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Maka, begitulah remeh temeh perjalanan hidup di dunia dan betapa sebenatarnya kehidupan ini, sehingga ditamsilkan dalam ayat ini bagaikan umur tumbuhan yang tersiram , tumbuh, berbuah lalu hancur tak berbekas.
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur.Oleh karena itulah sungguh beruntung mereka yang mengerti dan menyadarinya, lalu membenahi langkah dalam kehidupannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
KHOTBAH JUMAT Siapkan Diri Hadapi Ramadhan yang Suci
الحمد لله الذى جعل
رمضان شهر الصيام، والمغفرة، والرحمة والرضوان للمؤمنين . أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ اللهم صل وسلم
على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أَهْلِ التقوَى والْمَعْرِفَةِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلى يوم الدين. أما بعد: فيا عباد الله، أوصيكم
ونفسي بتقوى الله فى كل وقت لعلكم تفلحون
Alhamdulillah / Sebentar
lagi Ramadhan akan tiba, ruang paling berharga yang disediakan oleh
Allah swt untuk para hamba guna meningkatkan kadar ketaqwaannya. karena
segala amal pada bulan ini akan diimbal dengan berlipat ganda. namun
demikian tidak semua hamba merasa akan keistimewaan ini, kecuali mereka
yang sadar akan tumpukan dosa-dosa yang telah dilakukan.
Hadirin yang dirahmati Allah Secara historitas bahwa amaliah kaum muslimin dalam menyambut kedatangan bulan ramadhan tidak sedikit jumlahnya. Mulai dari mengumpulkan harta benda sebagai bekal untuk berpuasa selama sebulan penuh, bersilaturrahim dengan keluarga, kerabat maupun handaitolan untuk saling berma`af-ma`afan, ada juga yang menyambutnya dengan menanamkan sikap moril yang mendalam untuk termotivasi melakukan rangkaian amal ibadah di dalamnya, bahkan ada juga dari para sahabat, tabi`in, dan para ulama menyambut kedatangannya dengan bermuhasabah atau evaluasi diri tentang amal perbuatan yang telah dilakukan selama 11 bulan yang lalu dan masih banyak lagi teknis-teknis lainya.
Hadirin yang berbahagia Melihat kondisi kita saat ini yang masih berada pada bulan sya`ban tentu menanamkan sikap senang dan gembira untuk meneliti, menghitung, merenungkan, dan mengevaluasi dosa-dosa atau amal perbuatan buruk yang telah dikerjakan selama sebelas bulan yang lalu merupakan amaliyah yang paling berharga bila dibandingkan dengan amaliyah lainya dalam menyambut bulan suci ramadhan. Sebab bulan ramadhan merupakan bulan suci yang dijadikan Allah agar hamba yang menghadapinya betul-betul ingin mensucikan dirinya. Sikap senang untuk mengevaluasi kesalahan yang lalu kemudian termotivasi dengan tulus ikhlas melaksanakan seluruh rangkaian ibadah pada bulan suci ramdahan adalah sikap yang dapat menjauhkan mereka dari sikasa api neraka. Seperti yang sering disampaikan Rasulullah kepada sahabatnya;
من فرح بدخول رمضان حرمه الله جساده على النيران.
Hadirin yang dirahmati Allah Sebagai wujud motivasi kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah lalu maka kita harus menjawab narasi pertanyaan berikut ini. Pernahkah kita menghitung dosa yang kita lakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, bahkan sepanjang usia kita? Andaikan saja kita bersedia menyediakan kotak kosong, lalu kita masukkan semua dosa-dosa yang kita lakukan,kira-kira, apa yang terjadi? kita dapat menduga kuat bahwa kotak tersebut tak berbentuk kotak lagi, karena tak mampu menahan muatan dosa yang telah kita lakukan. Bukankah shalat kita masih " bolong-bolong "?.Bukankah shalat kita sering terlambat, dikerjakan mau habis waktunya dan tidak khusyuk? . Bukankah kita pernah menahan hak faqir miskin? Bukankah kita pernah, bahkan sering berbohong, mengingkari janji, bersumpah dengan sumpah yang palsu, bersikap munafiq, mencerca manusia, mengejeknya, menuduhnya, berburuk sangka padanya, iri hati, hasad, mengobarkan rasa benci membenci ,dan dendam pada seseorang?
Bukankah kita pernah merasa diri
paling benar, paling pintar dari orang lain, ta'adjub, riya, sombong,
marah yang tak pada tempatnya, angkuh, congkak, merasa paling hebat, dan
tinggi dari orang lain? Bukankah karena lidah kita, tangan kita, badan,
kaki kita, mata dan hati kita pernah menyakiti manusia lainnya?
Bukankah kita pernah menyelipkan kertas amplop pada petugas administrasi
demi untuk kelancaran urusan kita, bermanis muka, lain di mulut, lain
dihati, bersikap munafik pada pejabat dan penguasa, menyandarkan urusan
padanya, agar kita dipandang pegawai yang baik dan banyak kerja, pada
hakikatnya banyak yang tidak kita kerjakan, malah kita asyik berdiri di
depan computer, chatting, face book, twitter, main game, dan melihat
website atau situs-situs yang tidak baik melalui jaringan internet,
menghabiskan waktu memakan harta yang tidak berhak kita makan, tanpa
kita menyadarinya, bahwa hal itu bukan hak kita. Bukankah kita pernah
menerima uang yang tak jelas statusnya, sehingga pendapatan kita
berlipat ganda? Bukankah kita sering tak mau menolong orang yang
meminta bantuan pada kita, menolong saudara kita yang dalam kesulitan,
walaupun kita sanggup menolongnya?
Hadirin yang mulia Bulan ramdhan yang sebentar lagi kita hadapi merupakan momentum yang sangat berharga untuk merubah dan membenah diri. Bulan ramdhan adalah situasi yang amat ampuh untuk menjawab aneka pertanyaan di atas jika memang terbukti ada dalam masing-masing kepribadian kita karena bulan inilah bulan yang penuh ampunan, bulan yang penuh dihiasi dengan keridhaan, kasing sayang, dan lain sebagainya. Lalu yang harus kita lakukan adalah bertaubat seraya memohon ampun dan magfirah-Nya, mengharap ridhanya, merengkuh kasih dan sayangnya, berserah diri sepenunhnya. Seperti yang telah difirmankan Allah SWT dalam surat Az Zumar ( 39 : 53 )
Hadirin yang mulia Bulan ramdhan yang sebentar lagi kita hadapi merupakan momentum yang sangat berharga untuk merubah dan membenah diri. Bulan ramdhan adalah situasi yang amat ampuh untuk menjawab aneka pertanyaan di atas jika memang terbukti ada dalam masing-masing kepribadian kita karena bulan inilah bulan yang penuh ampunan, bulan yang penuh dihiasi dengan keridhaan, kasing sayang, dan lain sebagainya. Lalu yang harus kita lakukan adalah bertaubat seraya memohon ampun dan magfirah-Nya, mengharap ridhanya, merengkuh kasih dan sayangnya, berserah diri sepenunhnya. Seperti yang telah difirmankan Allah SWT dalam surat Az Zumar ( 39 : 53 )
قل يعبادي الذين أسرفوا على انفسهم لاتقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
"Katakanlah wahai
hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya ( kecuali syirik ). Sesungguhnya Dialah
yang maha pengampun lagi maha penyayang. "
Hadirin yang dimuliakan Allah Indah benar ayat ini, Allah menyapa kita dengan panggilan yang bernada teguran, namun tidak diikuti kalimat yang berbau murka. Justru Allah mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Allahpun menjanjikan kita untuk mengampuni dosa-dosa kita. Lebih kita memohon ampun pada bulan suci ramdhan yang akan kita hadapi ini. Karena itu, kosongkanlah lagi kotak-kotak yang penuh dengan dosa tadi dengan taubat padaNya. Kita kembalikan kotak itu seperti keadaannya semula, kita kembalikan jiwa kita kepada jiwa yang fitri dan bersih.
Jika kita punya emas serta mutiara, lalu tiba-tiba hilang, bukankahkita menjadi sedih? Bagaimana pula jika emas mutiara itu tiba-tiba kembali,bukankah kita merasa bahagia? begitu juga dengan dosa kita. Bukankan kita merasa bahagia jika jiwa yang banyak bergumul dosa lalu tiba-tiba kembali bersih sebening air yang kosong dari noda. Rasulullah SAW bersabda : ketahuilah Allah akan lebih senang lagi melihat hambaNya yang berlumuran dosa kembali bertaubat kepadaNya.
Hadirin yang berbahagiaPerumpamaan orang yang bergumul dosa layaknya pesawat yang sesat jalan, dan mungkin telah tenggelam di dasar lautan samudra, mengapa kita tak berusaha berjalan kembali menuju Allah, dan menangis di " kaki kebesaranNya ", mengakui kesalahan kita, dan memohon ampunanNya. Mudah-mudahan Allah memberkan kita kekuatan dan kesadaran yang mendalam untuk merenungkan perbuatan kita selama sebelas bulan yang lalu untuk lebih memotivasi kita dalam melaksanakan rangkaian amal ibadah ramadhan dengan sikap tulus ikhlas yang dibingkai dengan sikap senang dan gembira pada tahun 1434 H kali ini amin. Dan marilah kita jadikan ramadhan kali ini sebagai ramadhan yang terakhir, Agar kita terus termotivasi dalam melakukan amal ibdah wajibah dan sunnah.
Hadirin yang dimuliakan Allah Indah benar ayat ini, Allah menyapa kita dengan panggilan yang bernada teguran, namun tidak diikuti kalimat yang berbau murka. Justru Allah mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Allahpun menjanjikan kita untuk mengampuni dosa-dosa kita. Lebih kita memohon ampun pada bulan suci ramdhan yang akan kita hadapi ini. Karena itu, kosongkanlah lagi kotak-kotak yang penuh dengan dosa tadi dengan taubat padaNya. Kita kembalikan kotak itu seperti keadaannya semula, kita kembalikan jiwa kita kepada jiwa yang fitri dan bersih.
Jika kita punya emas serta mutiara, lalu tiba-tiba hilang, bukankahkita menjadi sedih? Bagaimana pula jika emas mutiara itu tiba-tiba kembali,bukankah kita merasa bahagia? begitu juga dengan dosa kita. Bukankan kita merasa bahagia jika jiwa yang banyak bergumul dosa lalu tiba-tiba kembali bersih sebening air yang kosong dari noda. Rasulullah SAW bersabda : ketahuilah Allah akan lebih senang lagi melihat hambaNya yang berlumuran dosa kembali bertaubat kepadaNya.
Hadirin yang berbahagiaPerumpamaan orang yang bergumul dosa layaknya pesawat yang sesat jalan, dan mungkin telah tenggelam di dasar lautan samudra, mengapa kita tak berusaha berjalan kembali menuju Allah, dan menangis di " kaki kebesaranNya ", mengakui kesalahan kita, dan memohon ampunanNya. Mudah-mudahan Allah memberkan kita kekuatan dan kesadaran yang mendalam untuk merenungkan perbuatan kita selama sebelas bulan yang lalu untuk lebih memotivasi kita dalam melaksanakan rangkaian amal ibadah ramadhan dengan sikap tulus ikhlas yang dibingkai dengan sikap senang dan gembira pada tahun 1434 H kali ini amin. Dan marilah kita jadikan ramadhan kali ini sebagai ramadhan yang terakhir, Agar kita terus termotivasi dalam melakukan amal ibdah wajibah dan sunnah.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.اللهم
بارك لنا رجب وشعبان وبلغنا رمضان اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا
الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
Langganan:
Postingan (Atom)