KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
Wasiat bittaqwa
Sekarang kita berada di bulan suci Ramadlan, bulan yang penuh rahmat,
hidayah, ampunan, pembebasan diri dari siksa neraka. Untuk itu, marilah kita
gunakan waktu bulan Ramadlan ini dengan senantiasa meningkatkan amaliah-amaliah
ibadah untuk menuju kebahagiaan yang hakiki kelak di yaumul qiyamah/alam
barzah. Bulan yang penuh hikmah ini, belum tentu kita tahun depan bisa bertemu
kembali. Menghirup udara di bulan tersebut. Ini semuanya adalah kita pasrahkan
kepada yang Maha kuasa yaitu Allah. Kita hamba Allah tidak bisa memastika atau
menentukan.
اَناَ اُرِيْدُ اَنْتَ تُرِيْدُ
وَاللهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ
Pada kesempatan ini, yang perlu adalah kita mawas diri/introspeksi diri
kita sendiri. Sudahkah selama kita melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan apa
yang dicanangkan oleh agama, seperti halnya persoalan yang ada dalam pribadi
seseorang. Sejauh mana kita bisa menahan gejolak emosional, sifat ghibah
menghardik dan sebagainya. Mampukan kita mengatasi hal tersebut secara
maksimal..? sudahkah semua pelaksanaan kegiatan fisik kita dioptimalkan untuk
menuju tatanan ibadah..? seperti mata, berapa persenkah mata kita digunakan
untuk membaca ayat-ayat Allah dalam kehidupan selama kehadiran bulan
ramadlan..? berapa Juzkan Al Qur’an yang sudah kita baca..?. Telinga, mampukah
telinga kita ketika mendengarkan sesuatu yang tidak menimbulkan kemaksiatan
selama kedatangan bulan suci ini..? sudahkah hari kita, siang malam selalu
ingat kepada Allah baik melalui dzikir, munajat atau amalan-amalan untuk menuju
pengabdian kita kepada Yang Maha Kuasa..? kalau kita jawabannya belum 100% maka
pada kesempatan yang baik inilah kita ada peluang untuk memohon kepada Allah
agar senantiasa diberi kekuatan untuk merubahnya menuju kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan tuntunan syari’at. Dan juga pada bulan ramadlan ini kita
berkesempatan untuk memperbaiki diri, bertobat meskipun dapat dilakukan kapan
saja. Namun terasa lebih terbuka dan konsentrasi manakala ada pada bulan yang
penuh berkah ini. Untuk itu marilah kita senantiasa beribadah dengan ikhlas,
betul-betul mengharap ridho Allah sehingga ibadah puasa kita tidak sia-sia bahkan
mendapat pahala dari Allah yang berlipat ganda.
( PD
II/82 ) لَوْ
يَعْلَمُ مَا فِى هَذَاالشَّهْرِ مِنَ اْلخَيْرَاتِ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِيْ اَنْ يَكُوْنَ
رَمَضَانَ السَّنَةَ كُلَّهَا
Artinya : “Andai sekalian manusia mengetahui bulan ramadlan itu dilipat
gandakannya pahala, betul-betul umatku mengharap mudah-mudahan setahun itu
menjadi bulan ramadlan semua.”
شَهْرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ
اْلمُؤْمِنِ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَاَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَأَخِرُهُ
عِتْقٌ مِنَ النَّارِ (تنبيه الغافلين : ١١٨)
Artinya : “Bulan Ramadlan adalah bulan dimana Allah menambahkan rizqi
pada kita semua selaku orang muslim. Sehingga niscaya Allah ketika waktu yang
sangat berharga ini digunakan untuk beribadahsemata-mata, Allah akan memberikan
kecukupan dalam kehidupan kita semua.”
Apalagi nanti ketika kita memasuki 10 hari terakhir yang termasuk
dianjurkan Rasul untuk memperbanyak ibadah.
Sebagaimana sabda Rasul :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اْلعَشْرَ أَحْياَ
اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَذَّ اْلمِئْزَرَ
(PD
II/97)
Artinya : “Dari ‘Aisyah RA. berkata, Nabi Muhammad SAW tiap-tiap malam
likuran (sepertiga yang terakhir) tekun beribadah, dan membangunkan keluarganya
untuk diajak beribadah bersama.”
Apalagi pada tanggal-tanggal tersebut kita menghendaki
untuk bisa mendapatkan Lailatul Qodar (ليلة
القدر)
فَقَدْ سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَلاَماَتِ لَيْلَةِ اْلقَدَرِ, فَقَالَ : هِيَ
لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ أَىْ مُشْرِفَةٌ نَيِّرَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ وَلاَ
سَحَابَ فِيْهَا وَلاَ مَطَرَ وَلاَ رِيْحَ وَلاَ يُرْمَى فِيْهاَ بِنَجْمٍ وَلاَ
تُطْلُعُ الشَّمْسُ صَبِيْحَتَهَا مُشْعِشَةً.
( PD
II/96 )
Artinya : “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tanda-tanda lailatul
qodar. Beliau bersabda : malam lailatul qodar yaitu malam yang terang dan
cemerlang, hawanya tidak panas dan tidak dingin, tidak ada awan dan tidak ada
hujan, tidak ada angin dan tidak ada bintang yang dilempar, dan paginya,
keluarnya matahari terang tidak tersirat.”
وَعَنْ
عائشةَ قَالَتْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِذَا وَافِيْتُ لَيْلَةَ اْلقَدَرِ فِبِمَ أَدْعُوْا
؟ قَالَ : قُوْلِيْ, اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّي.
(PD II/97)
Artinya : “Siti Aisyah berkata pada Nabi SAW : Wahai Rasulallah, bila
saya berada dimalam Lailatu Qodar apa ada do’a yang harus saya baca..?. Nabi bersabda : yaitu membaca : Wahai
Allah, sesungguhnya engkau adalah Maha Pemaaf dan senang akan kemaafan, maka
maafkanlah aku.”
Disamping kita memperbanyak amal ibadah kita, tapi jangan lupa kita juga
harus bisa menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa
kita.
خَمْسَةُ
أَشْياَءَ تُحْبِطُ الصَّوْمَ : اْلكَذِبُ وَاْلغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَاْليَمِيْنُ
اْلغَمُوْسُ وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ
Lima perkara yang bisa
menghilangkan pahala puasa :
1.
Berbohong
2.
Mengumpat/Menggunjung
3.
Adu
Domba/Memfitnah
4.
Sumpah
Palsu
5.
Melihat
Perempuan Lain dengan syahwat
Hadirin
Rahiakumullah…
Perlu kita
ketahui, bahwasanya ibadah puasa itu memiliki tiga tingkatan/drajat.
Diantaranya :
1.
صوم
العوام
Puasanya
orang ‘awam, tingkatan puasa ini hanya sebatas meninggalkan makan dan minum
saja, dari fajar sampai ghurub (terbenamnya matahari). Namun, anggota tubuh
masih belum bisa melepaskan diri dari yang namanya kemaksiatan. Telinga masih
saja mendengarkan kemaksiatan, lidah masih tetap melakukan kebohongan,
menggunjing, memfitnah dan sebagainya.
2.
صوم
الخواص
Pada
tingkatan puasa ini, selain menahan rasa lapar dan dahaga, anggota tubuh juga
mampu meninggalkan apa-apa yang mengarah pada kemaksiatan. Termasuk tidak
terlalu kenyang ketika berbuka puasa, walaupun yang dimakan adalah makanan yang
halal.
3.
صوم
الخواص الخواص
Tingkatan
puasa yang terakhir ini, puasanya para Anbiya dan Assiddiqin. Selain menahan
rasa lapar, dahaga, menjaga anggota tubuh agar tidak mengarah pada hal-hal
kemaksiatan, mereka juga di bulan Ramadhan yang suci ini senantiasa
meningkatkan تقرب/pendekatan diri kepada Allah SWT. Serta meninggalkan
pemikiran-pemikiran yang bersifat duniawi
( الأفكار
الدنيوية
).
معاشر المسلمين رحمكم
الله..............
Namun demikian,
kita harus merasa bahagia atas kedatangan bulan suci Ramadhan, sekaligus
dijadikannya kita semua sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Sebab, di bulan suci
Ramadhan Allah SWT senantiasa memberi keutamaan terhadap umat Nabi Muhammad
SAW, yang tidak pernah diberikan kepada selain umat Nabi Muhammad SAW.
أُعْطِيَتْ
أُمَّتِيْ خَمْسَةُ أَشْياَءَ لَمْ تُعْطَ لأَحَدٍ قَبْلَهُمْ
1.
Di
awal bulan Ramadhan, Allah SWT memandang umat Muhammad SAW dengan rasa penuh
kasih sayang. Sedang, barang siapa yang dilihat oleh Allah SWT dengan rasa
kasih sayang/rahmat, niscaya ia akan dijauhkan dari siksa Allah.
يَنْظُرُ
اللهُ اِلَيْهِمْ بِالرَّحْمَةِ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ اِلَيْهِ بِالرَّحْمَةِ لاَيُعَذِّبُهُ
بَعْدَهُ اَبَدًا.
2.
Allah
memerintahkan para malaikat untuk memintakan ampun pada Allah bagi orang-orang
yang berpuasa.
يَأْمُرُ
اللهُ تَعَالَى اْلمَلَائِكَةَ بِاْلإِسْتِغْفَارِ لَهُمْ.
3.
Bahwasanya
disisi Allah, aroma mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada aroma
minyak misik.
أَنَّ
رَائِحَةَ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ،
4.
Allah
berkata pada surga. Wahai surge, ambilah perhiasanmu. (yakni orang-orang yang
dikasihani Allah SWT)yang senantiasa berpuasa di bulan suci Ramadhan.
طُوْبَى
لِعِباَدِي اْلمُؤْمِنِيْنَ هُمْ أَوْلِيَائِىْ.
5.
Allah
akan memberikan ampunan kepada mereka atas dosa-dosa yang telah diperbuat.
يَغْفِرُ
اللهُ تَعَالَى لَهُمْ جَمِيْعًا.
معاشر المسلمين رحمكم
الله..............
Demikian
tadi keuntungan/keutamaan kita semua manakala kita selalu melaksanakan ibadah
puasa dan memperbanyak amalan sholeh di bulan Ramadhan ini.
جعلنا الله وإياكم من
الفائزين الأمنين. وادخلنا وإياكم فى زمرة الموحدين. أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم. شهر رمضان الذي أنزل فيه القران هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان. وقل
رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar