Senin, 22 September 2025

Naskah Drama KRONOLOGI Isra’ Mi’raj

 

🎭 Naskah Drama KRONOLOGI Isra’ Mi’raj

Tokoh

1.      Narator

2.      Bumi

3.      Langit

4.      Malaikat Jibril

5.      Nabi Muhammad SAW


Adegan 1 – Pembukaan

Narator (berdiri di tengah panggung, senyum lebar, tangan terbuka menyapa penonton):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Hari ini kita akan menyaksikan drama tentang peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.
Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik ke langit, ternyata ada kisah seru: debat antara bumi dan langit! Mereka adu argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita lihat keseruannya!

(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik lembut mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama, Langit masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)


Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit

Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri):

“Hai langit, aku ini lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah, sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri menakjubkan.
Para nabi lahir di atasku, para wali beribadah di atasku, kaum mukminin shalat di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah, rumah Allah, yang setiap saat dikelilingi manusia thawaf!”

Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang):

“Hahaha… dasar bumi, sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.
Aku punya matahari yang menerangi siang, bulan yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet beredar rapi.
Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy Allah, Baitul Makmur tempat malaikat thawaf, dan surga penuh kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada yang ada padamu!”

Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu langkah):

“Itu memang hebat, langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”

Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit mendongak):

“Hmm… bagus juga, bumi. Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik melaluiku. Para arwah orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan para nabi yang sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih mulia!”

Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada yakin):

“Oke, langit. Semua yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kau bantah: di atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah, pemimpin para rasul, penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana bisa kau menandingi itu?”

Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik, garuk-garuk kepala):

“Itu… itu… aduh… gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”

(Bumi tertawa puas, sambil berputar ke arah penonton, gaya menang):
“YES! Menang debat! Hahaha!”

(Penonton boleh ikut tertawa.)

Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan diangkat berdoa, suara lembut):
“Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup membantah bumi. Jika Engkau telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW, maka muliakanlah aku juga.
Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun merasakan kemuliaan.”

(Lampu perlahan meredup, suasana hening penuh haru.)


Adegan 3 – Doa Dikabulkan

Narator (muncul dari samping panggung, suara tenang):

Allah mengabulkan doa langit. Pada malam 27 Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Buraq, kendaraan istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW.

(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril masuk dengan sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah membawa hewan tunggangan.)

Malaikat Jibril (hormat, membungkuk penuh wibawa):

“Wahai Muhammad, kekasih Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj. Mari, naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun.”

(Nabi Muhammad SAW masuk dengan wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu beliau mendekati Jibril.)

Nabi Muhammad SAW (tenang, suara lembut):

“Bismillah. Dengan izin Allah aku menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk umatku.”

(Musik haru, cahaya panggung bergerak ke atas seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)


Adegan 4 – Penutup

Narator (berdiri di depan, nada penuh semangat):

Teman-teman, dari kisah Isra’ Mi’raj kita belajar:

1.      Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling mulia.

2.      Rendah hati itu penting, jangan suka sombong seperti bumi dan langit tadi.

3.      Shalat adalah hadiah terindah dari Allah untuk kita. Mari kita jaga shalat dengan baik.


Pantun Penutup

Narator (senyum, nada riang):

Jalan-jalan ke kota Mekah,

jangan lupa beli kurma.

Kalau shalat jangan ditingkah,

itu hadiah untuk kita semua.


Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang, tangan melambai):

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!


🎬 Arahan Panggung Tambahan

🎭 Arahan Panggung Tambahan – Drama Kronologi Isra’ Mi’raj

Adegan 1 – Pembukaan

·         Pencahayaan: Lampu sorot fokus ke Narator di tengah, lampu sekitar redup.

·         Narator: Berdiri tegak, senyum lebar, tangan terbuka ke arah penonton. Suara lantang dan jelas.

·         Musik: Alunan lembut Timur Tengah sebagai latar.

·         Masuk Tokoh:

o    Bumi masuk dari kiri panggung dengan langkah mantap, dada dibusungkan, ekspresi sombong.

o    Langit masuk dari kanan panggung dengan gerakan anggun, kepala sedikit mendongak, tatapan tajam.


Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit

·         Bumi: Tangan menunjuk dada sendiri, melangkah maju beberapa kali saat menyombongkan kelebihan. Saat emosional, bisa menghentakkan kaki.

·         Langit: Sesekali tertawa kecil sambil berkacak pinggang. Saat menantang, pandangan ditujukan langsung ke penonton.

·         Interaksi:

o    Saat saling membanggakan diri, mereka bisa berputar pelan mengitari panggung, lalu kembali saling berhadapan.

o    Ketika Bumi menyebut Nabi Muhammad SAW, ekspresinya sangat bangga, menatap penonton dengan yakin.

·         Langit kalah argumen: Mendadak terdiam, menggaruk kepala, lalu berdoa dengan wajah khusyuk, tangan menengadah.

·         Efek Suasana:

o    Saat Bumi menang, bisa ada efek suara “ting” atau tepuk tangan kecil.

o    Saat Langit berdoa, lampu diredupkan pelan, musik berubah syahdu.


Adegan 3 – Doa Dikabulkan

·         Narator: Muncul dari samping, melangkah pelan sambil menatap penonton, suara tenang.

·         Lampu: Sorot terang ke sisi panggung, menandakan suasana surgawi.

·         Malaikat Jibril: Masuk dengan sayap (bisa properti kain putih atau biru), langkah anggun, wajah teduh, tangan memegang kendali seolah menuntun hewan tunggangan.

·         Nabi Muhammad SAW: Masuk dengan senyum lembut, tangan memberi salam. Jalan perlahan penuh wibawa, lalu mendekati Jibril.

·         Efek Visual: Cahaya panggung bergerak ke atas perlahan, bisa diiringi musik haru (misalnya rebana pelan atau instrumen islami), seolah Nabi naik bersama Jibril.

·         Gerakan: Nabi mengucap “Bismillah” sambil perlahan menaiki Buraq (bisa digambarkan dengan kursi kecil diberi kain putih).


Adegan 4 – Penutup

·         Narator: Berdiri di depan panggung, intonasi penuh semangat saat menyampaikan hikmah. Tangan bergerak menekankan poin-poin penting.

·         Saat Pantun: Suasana jadi ringan, Narator senyum lebar, bisa mengajak penonton tersenyum/tertawa kecil.

·         Semua Pemain:

o    Berbaris rapi di depan panggung.

o    Saat salam penutup, semua melambaikan tangan ke arah penonton dengan semangat.

·         Musik Penutup: Shalawat lembut diputar sebagai latar hingga tirai ditutup.


Apakah mau saya buatkan juga dalam bentuk tabel arahan panggung per adegan (supaya lebih praktis untuk sutradara/guru saat mengarahkan murid di latihan)?

 

Naskah Drama: Isra’ Mi’raj

Halaman 1

🎭 Naskah Drama Isra’ Mi’raj

Tokoh

  1. Narator
  2. Bumi
  3. Langit
  4. Malaikat Jibril
  5. Nabi Muhammad SAW

Adegan 1 – Pembukaan

Narator (berdiri di tengah panggung, senyum lebar, tangan terbuka menyapa penonton): Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Hari ini kita akan menyaksikan drama tentang peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.

Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik ke langit, ternyata ada kisah seru: debat antara bumi dan langit! Mereka adu argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita lihat keseruannya!

(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik lembut mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama, Langit masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)

Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit

Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri): “Hai langit, aku ini lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah, sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri menakjubkan.

Para nabi lahir di atasku, para wali beribadah di atasku, kaum mukminin shalat di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah, rumah Allah, yang setiap saat dikelilingi manusia thawaf!”


Halaman 2

Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang): “Hahaha… dasar bumi, sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.

Aku punya matahari yang menerangi siang, bulan yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet beredar rapi. Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy Allah, Baitul Makmur tempat malaikat thawaf, dan surga penuh kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada yang ada padamu!”

Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu langkah): “Itu memang hebat, langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”


Halaman 3

Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit mendongak): “Hmm… bagus juga, bumi. Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik melaluiku. Para arwah orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan para nabi yang sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih mulia!”

Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada yakin): “Oke, langit. Semua yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kau bantah: di atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah, pemimpin para rasul, penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana bisa kau menandingi itu?”


Halaman 4

Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik, garuk-garuk kepala): “Itu… itu… aduh… gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”

(Bumi tertawa puas, sambil berputar ke arah penonton, gaya menang): “YES! Menang debat! Hahaha!”

(Penonton boleh ikut tertawa.)

Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan diangkat berdoa, suara lembut): “Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup membantah bumi. Jika Engkau telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW, maka muliakanlah aku juga. Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun merasakan kemuliaan.”

(Lampu perlahan meredup, suasana hening penuh haru.)


Halaman 5

Adegan 3 – Doa Dikabulkan

Narator (muncul dari samping panggung, suara tenang): Allah mengabulkan doa langit. Pada malam 27 Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Buraq, kendaraan istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW.

(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril masuk dengan sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah membawa hewan tunggangan.)

Malaikat Jibril (hormat, membungkuk penuh wibawa): “Wahai Muhammad, kekasih Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj. Mari, naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun.”

(Nabi Muhammad SAW masuk dengan wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu beliau mendekati Jibril.)

Nabi Muhammad SAW (tenang, suara lembut): “Bismillah. Dengan izin Allah aku menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk umatku.”

(Musik haru, cahaya panggung bergerak ke atas seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)


Halaman 6

Adegan 4 – Penutup

Narator (berdiri di depan, nada penuh semangat): Teman-teman, dari kisah Isra’ Mi’raj kita belajar:

  1. Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling mulia.
  2. Rendah hati itu penting, jangan suka sombong seperti bumi dan langit tadi.
  3. Shalat adalah hadiah terindah dari Allah untuk kita. Mari kita jaga shalat dengan baik.

Pantun Penutup

Narator (senyum, nada riang): Jalan-jalan ke kota Mekah, jangan lupa beli kurma. Kalau shalat jangan ditingkah, itu hadiah untuk kita semua.

Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang, tangan melambai): Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!


🎬 Arahan Panggung Tambahan

  • Bumi: banyak gerakan fisik (menepuk dada, menunjuk diri, melangkah maju). Ekspresi sombong → puas → lega.
  • Langit: awalnya anggun dan tenang, lalu jadi menantang, akhirnya kalah dan berdoa dengan khusyuk.
  • Narator: ekspresi ceria di awal dan serius di akhir. Tugasnya menjaga alur tetap hidup.
  • Malaikat Jibril: gerak tenang dan penuh wibawa, jangan banyak gerakan berlebihan, supaya terlihat agung.
  • Nabi Muhammad SAW: perannya tenang, penuh cahaya, bijaksana. Tidak boleh dibuat bercanda, selalu hormat.
  • Komedi ringan: boleh ditaruh pada adegan Bumi tertawa puas, agar penonton tidak tegang.

 

Tabel Pembagian Peran dan Dialog - Drama Isra’ Mi’raj

 

No.

Tokoh

Jumlah Dialog

Nama Murid (diisi guru)

Keterangan Peran

1.

Narator

4

________________________

Peran paling banyak berbicara. Bertugas sebagai pemandu cerita dari awal sampai akhir, termasuk bagian pantun penutup. Cocok untuk murid yang berani dan punya suara lantang.

2.

Bumi

4

________________________

Berperan sebagai pihak yang awalnya sombong dan berdebat, kemudian merasa menang. Cocok untuk murid yang ekspresif dan dinamis dalam gerakan.

3.

Langit

4

________________________

Berperan sebagai lawan debat Bumi yang di akhir cerita menjadi khusyuk dan rendah hati. Cocok untuk murid yang bisa menunjukkan perubahan emosi.

4.

Malaikat Jibril

1

________________________

Peran dengan satu dialog yang sangat penting. Perlu suara yang berwibawa dan gerakan yang anggun.

5.

Nabi Muhammad SAW

1

________________________

Peran dengan satu dialog yang singkat namun sakral. Perlu aura tenang, bijaksana, dan penuh wibawa.

6.

Semua Pemain

1

________________________

Dialog penutup yang diucapkan bersama-sama.

Total

15

________________________

Catatan:

  • Total dialog dihitung berdasarkan ucapan yang terpisah.
  • Jumlah ini bisa menjadi acuan dasar untuk pembagian peran. Jika ada murid yang ingin mengambil lebih dari satu peran (misalnya Narator merangkap tokoh lain jika jumlah murid terbatas), tabel ini juga bisa disesuaikan.
  • Fokus pada ekspresi dan arahan panggung yang sudah ada di naskah untuk hasil penampilan yang lebih maksimal.

 

buatin teks dialog lengkap versi panjang (15–20 menit) biar langsung bisa dipakai latihan pementasan?

buatkan dialog Pembagian per halaman (script siap print) . Jadi setiap halaman sudah jelas siapa bicara apa → lebih mudah dibagikan ke6 halaman A4 kalau dicetak dengan font standar (Times New Roman 12, spasi 1,5).

🎭 Naskah Drama Isra’ Mi’raj

Tokoh

6.      Narator

7.      Bumi

8.      Langit

9.      Malaikat Jibril

10.  Nabi Muhammad SAW


Adegan 1 – Pembukaan

Narator (berdiri di tengah panggung, senyum lebar, tangan terbuka menyapa penonton):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Hari ini kita akan menyaksikan drama tentang peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.
Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik ke langit, ternyata ada kisah seru: debat antara bumi dan langit! Mereka adu argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita lihat keseruannya!

(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik lembut mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama, Langit masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)


Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit

Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri):

“Hai langit, aku ini lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah, sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri menakjubkan.
Para nabi lahir di atasku, para wali beribadah di atasku, kaum mukminin shalat di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah, rumah Allah, yang setiap saat dikelilingi manusia thawaf!”

Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang):

“Hahaha… dasar bumi, sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.
Aku punya matahari yang menerangi siang, bulan yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet beredar rapi.
Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy Allah, Baitul Makmur tempat malaikat thawaf, dan surga penuh kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada yang ada padamu!”

Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu langkah):

“Itu memang hebat, langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”

Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit mendongak):

“Hmm… bagus juga, bumi. Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik melaluiku. Para arwah orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan para nabi yang sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih mulia!”

Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada yakin):

“Oke, langit. Semua yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kau bantah: di atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah, pemimpin para rasul, penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana bisa kau menandingi itu?”

Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik, garuk-garuk kepala):

“Itu… itu… aduh… gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”

(Bumi tertawa puas, sambil berputar ke arah penonton, gaya menang):
“YES! Menang debat! Hahaha!”

(Penonton boleh ikut tertawa.)

Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan diangkat berdoa, suara lembut):
“Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup membantah bumi. Jika Engkau telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW, maka muliakanlah aku juga.
Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun merasakan kemuliaan.”

(Lampu perlahan meredup, suasana hening penuh haru.)


Adegan 3 – Doa Dikabulkan

Narator (muncul dari samping panggung, suara tenang):

Allah mengabulkan doa langit. Pada malam 27 Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Buraq, kendaraan istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW.

(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril masuk dengan sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah membawa hewan tunggangan.)

Malaikat Jibril (hormat, membungkuk penuh wibawa):

“Wahai Muhammad, kekasih Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj. Mari, naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun.”

(Nabi Muhammad SAW masuk dengan wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu beliau mendekati Jibril.)

Nabi Muhammad SAW (tenang, suara lembut):

“Bismillah. Dengan izin Allah aku menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk umatku.”

(Musik haru, cahaya panggung bergerak ke atas seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)


Adegan 4 – Penutup

Narator (berdiri di depan, nada penuh semangat):

Teman-teman, dari kisah Isra’ Mi’raj kita belajar:

4.      Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling mulia.

5.      Rendah hati itu penting, jangan suka sombong seperti bumi dan langit tadi.

6.      Shalat adalah hadiah terindah dari Allah untuk kita. Mari kita jaga shalat dengan baik.


Pantun Penutup

Narator (senyum, nada riang):

Jalan-jalan ke kota Mekah,

jangan lupa beli kurma.

Kalau shalat jangan ditingkah,

itu hadiah untuk kita semua.


Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang, tangan melambai):

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!


🎬 Arahan Panggung Tambahan

·         Bumi: banyak gerakan fisik (menepuk dada, menunjuk diri, melangkah maju). Ekspresi sombong → puas → lega.

·         Langit: awalnya anggun dan tenang, lalu jadi menantang, akhirnya kalah dan berdoa dengan khusyuk.

·         Narator: ekspresi ceria di awal dan serius di akhir. Tugasnya menjaga alur tetap hidup.

·         Malaikat Jibril: gerak tenang dan penuh wibawa, jangan banyak gerakan berlebihan, supaya terlihat agung.

·         Nabi Muhammad SAW: perannya tenang, penuh cahaya, bijaksana. Tidak boleh dibuat bercanda, selalu hormat.

·         Komedi ringan: boleh ditaruh pada adegan Bumi tertawa puas, agar penonton tidak tegang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar