🎭 Naskah Drama KRONOLOGI
Isra’
Mi’raj
Tokoh
1.
Narator
2.
Bumi
3.
Langit
4.
Malaikat
Jibril
5.
Nabi
Muhammad SAW
Adegan 1 – Pembukaan
Narator (berdiri di tengah
panggung, senyum lebar, tangan terbuka menyapa penonton):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Hari ini kita akan menyaksikan drama tentang
peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.
Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik ke langit, ternyata ada kisah seru: debat
antara bumi dan langit! Mereka adu argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita
lihat keseruannya!
(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik lembut
mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama, Langit
masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)
Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit
Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri):
“Hai langit, aku ini
lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah,
sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri
menakjubkan.
Para nabi lahir di atasku, para wali beribadah di atasku, kaum mukminin shalat
di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah, rumah Allah, yang setiap
saat dikelilingi manusia thawaf!”
Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang):
“Hahaha… dasar bumi,
sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.
Aku punya matahari yang menerangi siang, bulan
yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet
beredar rapi. Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy
Allah, Baitul Makmur tempat malaikat thawaf, dan surga penuh
kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada yang ada padamu!”
Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu
langkah):
“Itu memang hebat,
langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat
umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku
manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”
Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit
mendongak):
“Hmm… bagus juga,
bumi. Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik melaluiku. Para
arwah orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan
para nabi yang sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih
mulia!”
Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada
yakin):
“Oke, langit. Semua
yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kau bantah: di
atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah, pemimpin para rasul,
penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau
lahir di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana
bisa kau menandingi itu?”
Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik,
garuk-garuk kepala):
“Itu… itu… aduh…
gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”
(Bumi tertawa puas,
sambil berputar ke arah penonton, gaya menang):
“YES! Menang debat! Hahaha!”
(Penonton boleh ikut tertawa.)
Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan
diangkat berdoa, suara lembut):
“Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup membantah bumi. Jika Engkau
telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW, maka muliakanlah aku juga.
Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun merasakan kemuliaan.”
(Lampu perlahan meredup, suasana hening penuh
haru.)
Adegan 3 – Doa Dikabulkan
Narator (muncul dari samping
panggung, suara tenang):
Allah mengabulkan doa langit. Pada malam 27
Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Buraq, kendaraan
istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW.
(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril masuk dengan
sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah
membawa hewan tunggangan.)
Malaikat
Jibril (hormat, membungkuk penuh
wibawa):
“Wahai Muhammad,
kekasih Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj.
Mari, naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang
belum pernah diberikan kepada siapa pun.”
(Nabi Muhammad SAW
masuk dengan wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu
beliau mendekati Jibril.)
Nabi Muhammad
SAW (tenang, suara lembut):
“Bismillah. Dengan
izin Allah aku menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk
umatku.”
(Musik haru, cahaya panggung bergerak ke atas
seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)
Adegan 4 – Penutup
Narator (berdiri di depan, nada
penuh semangat):
Teman-teman, dari kisah Isra’ Mi’raj kita
belajar:
1.
Nabi Muhammad SAW adalah makhluk
paling mulia.
2.
Rendah hati itu penting, jangan
suka sombong seperti bumi dan langit tadi.
3.
Shalat adalah hadiah terindah dari
Allah untuk kita. Mari kita jaga shalat dengan baik.
Pantun Penutup
Narator (senyum, nada riang):
Jalan-jalan
ke kota Mekah,
jangan
lupa beli kurma.
Kalau
shalat jangan ditingkah,
itu
hadiah untuk kita semua.
Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang,
tangan melambai):
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
🎬 Arahan Panggung
Tambahan
🎭 Arahan Panggung Tambahan – Drama Kronologi
Isra’ Mi’raj
Adegan 1 – Pembukaan
·
Pencahayaan:
Lampu sorot fokus ke Narator di tengah, lampu sekitar redup.
·
Narator:
Berdiri tegak, senyum lebar, tangan terbuka ke arah penonton. Suara lantang dan
jelas.
·
Musik:
Alunan lembut Timur Tengah sebagai latar.
·
Masuk Tokoh:
o
Bumi masuk
dari kiri panggung dengan langkah mantap, dada dibusungkan, ekspresi sombong.
o
Langit
masuk dari kanan panggung dengan gerakan anggun, kepala sedikit mendongak, tatapan
tajam.
Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit
·
Bumi:
Tangan menunjuk dada sendiri, melangkah maju beberapa kali saat menyombongkan
kelebihan. Saat emosional, bisa menghentakkan kaki.
·
Langit:
Sesekali tertawa kecil sambil berkacak pinggang. Saat menantang, pandangan
ditujukan langsung ke penonton.
·
Interaksi:
o
Saat saling membanggakan
diri, mereka bisa berputar pelan mengitari panggung, lalu kembali saling
berhadapan.
o
Ketika Bumi menyebut Nabi
Muhammad SAW, ekspresinya sangat bangga, menatap penonton dengan yakin.
·
Langit kalah
argumen: Mendadak terdiam, menggaruk kepala, lalu berdoa dengan wajah
khusyuk, tangan menengadah.
·
Efek Suasana:
o
Saat Bumi menang, bisa ada
efek suara “ting” atau tepuk tangan kecil.
o
Saat Langit berdoa, lampu
diredupkan pelan, musik berubah syahdu.
Adegan 3 – Doa Dikabulkan
·
Narator:
Muncul dari samping, melangkah pelan sambil menatap penonton, suara tenang.
·
Lampu:
Sorot terang ke sisi panggung, menandakan suasana surgawi.
·
Malaikat Jibril:
Masuk dengan sayap (bisa properti kain putih atau biru), langkah anggun, wajah
teduh, tangan memegang kendali seolah menuntun hewan tunggangan.
·
Nabi Muhammad SAW:
Masuk dengan senyum lembut, tangan memberi salam. Jalan perlahan penuh wibawa,
lalu mendekati Jibril.
·
Efek Visual:
Cahaya panggung bergerak ke atas perlahan, bisa diiringi musik haru (misalnya
rebana pelan atau instrumen islami), seolah Nabi naik bersama Jibril.
·
Gerakan:
Nabi mengucap “Bismillah” sambil perlahan menaiki Buraq (bisa digambarkan
dengan kursi kecil diberi kain putih).
Adegan 4 – Penutup
·
Narator:
Berdiri di depan panggung, intonasi penuh semangat saat menyampaikan hikmah.
Tangan bergerak menekankan poin-poin penting.
·
Saat Pantun:
Suasana jadi ringan, Narator senyum lebar, bisa mengajak penonton
tersenyum/tertawa kecil.
·
Semua Pemain:
o
Berbaris rapi di depan
panggung.
o
Saat salam penutup, semua
melambaikan tangan ke arah penonton dengan semangat.
·
Musik Penutup:
Shalawat lembut diputar sebagai latar hingga tirai ditutup.
Apakah mau saya buatkan juga dalam bentuk tabel arahan panggung per
adegan (supaya lebih praktis untuk sutradara/guru saat mengarahkan
murid di latihan)?
Naskah Drama: Isra’ Mi’raj
Halaman 1
🎭 Naskah Drama Isra’ Mi’raj
Tokoh
- Narator
- Bumi
- Langit
- Malaikat Jibril
- Nabi Muhammad SAW
Adegan 1 – Pembukaan
Narator (berdiri di tengah panggung, senyum lebar, tangan terbuka
menyapa penonton): Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Hari ini kita akan menyaksikan drama
tentang peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.
Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik
ke langit, ternyata ada kisah seru: debat antara bumi dan langit! Mereka adu
argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita lihat keseruannya!
(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik
lembut mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama,
Langit masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)
Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit
Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri): “Hai langit,
aku ini lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah,
sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri
menakjubkan.
Para nabi lahir di atasku, para wali
beribadah di atasku, kaum mukminin shalat di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah,
rumah Allah, yang setiap saat dikelilingi manusia thawaf!”
Halaman 2
Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang):
“Hahaha… dasar bumi, sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.
Aku punya matahari yang menerangi
siang, bulan yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet
beredar rapi. Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy Allah, Baitul Makmur
tempat malaikat thawaf, dan surga penuh kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada
yang ada padamu!”
Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu langkah):
“Itu memang hebat, langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat
umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku
manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”
Halaman 3
Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit mendongak):
“Hmm… bagus juga, bumi. Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik
melaluiku. Para arwah orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan
para nabi yang sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih
mulia!”
Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada
yakin): “Oke, langit. Semua yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang
tidak bisa kau bantah: di atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah,
pemimpin para rasul, penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir
di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana bisa
kau menandingi itu?”
Halaman 4
Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik,
garuk-garuk kepala): “Itu… itu… aduh… gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”
(Bumi tertawa puas, sambil berputar
ke arah penonton, gaya menang): “YES! Menang debat! Hahaha!”
(Penonton boleh ikut tertawa.)
Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan
diangkat berdoa, suara lembut): “Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup
membantah bumi. Jika Engkau telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW,
maka muliakanlah aku juga. Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun
merasakan kemuliaan.”
(Lampu perlahan meredup, suasana
hening penuh haru.)
Halaman 5
Adegan 3 – Doa Dikabulkan
Narator (muncul dari samping panggung, suara tenang): Allah
mengabulkan doa langit. Pada malam 27 Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril
membawa Buraq, kendaraan istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad
SAW.
(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril
masuk dengan sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah
membawa hewan tunggangan.)
Malaikat Jibril (hormat, membungkuk penuh wibawa): “Wahai Muhammad, kekasih
Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj. Mari,
naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang belum
pernah diberikan kepada siapa pun.”
(Nabi Muhammad SAW masuk dengan
wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu beliau
mendekati Jibril.)
Nabi Muhammad SAW (tenang, suara lembut): “Bismillah. Dengan izin Allah aku
menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk umatku.”
(Musik haru, cahaya panggung
bergerak ke atas seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)
Halaman 6
Adegan 4 – Penutup
Narator (berdiri di depan, nada penuh semangat): Teman-teman, dari
kisah Isra’ Mi’raj kita belajar:
- Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling mulia.
- Rendah hati itu penting, jangan suka sombong seperti
bumi dan langit tadi.
- Shalat adalah hadiah terindah dari Allah untuk kita.
Mari kita jaga shalat dengan baik.
Pantun Penutup
Narator (senyum, nada riang): Jalan-jalan ke kota Mekah, jangan
lupa beli kurma. Kalau shalat jangan ditingkah, itu hadiah untuk kita semua.
Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang, tangan melambai):
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
🎬 Arahan Panggung Tambahan
- Bumi:
banyak gerakan fisik (menepuk dada, menunjuk diri, melangkah maju).
Ekspresi sombong → puas → lega.
- Langit:
awalnya anggun dan tenang, lalu jadi menantang, akhirnya kalah dan berdoa
dengan khusyuk.
- Narator:
ekspresi ceria di awal dan serius di akhir. Tugasnya menjaga alur tetap
hidup.
- Malaikat Jibril:
gerak tenang dan penuh wibawa, jangan banyak gerakan berlebihan, supaya
terlihat agung.
- Nabi Muhammad SAW:
perannya tenang, penuh cahaya, bijaksana. Tidak boleh dibuat bercanda,
selalu hormat.
- Komedi ringan:
boleh ditaruh pada adegan Bumi tertawa puas, agar penonton tidak tegang.
Tabel Pembagian Peran dan Dialog - Drama Isra’
Mi’raj
No. |
Tokoh |
Jumlah Dialog |
Nama Murid (diisi guru) |
Keterangan Peran |
1. |
Narator |
4 |
________________________ |
Peran paling banyak berbicara. Bertugas sebagai pemandu
cerita dari awal sampai akhir, termasuk bagian pantun penutup. Cocok untuk
murid yang berani dan punya suara lantang. |
2. |
Bumi |
4 |
________________________ |
Berperan sebagai pihak yang awalnya sombong dan berdebat,
kemudian merasa menang. Cocok untuk murid yang ekspresif dan dinamis dalam
gerakan. |
3. |
Langit |
4 |
________________________ |
Berperan sebagai lawan debat Bumi yang di akhir cerita
menjadi khusyuk dan rendah hati. Cocok untuk murid yang bisa menunjukkan
perubahan emosi. |
4. |
Malaikat Jibril |
1 |
________________________ |
Peran dengan satu dialog yang sangat penting. Perlu suara
yang berwibawa dan gerakan yang anggun. |
5. |
Nabi Muhammad SAW |
1 |
________________________ |
Peran dengan satu dialog yang singkat namun sakral. Perlu
aura tenang, bijaksana, dan penuh wibawa. |
6. |
Semua Pemain |
1 |
________________________ |
Dialog penutup yang diucapkan bersama-sama. |
Total |
15 |
________________________ |
Catatan:
- Total dialog
dihitung berdasarkan ucapan yang terpisah.
- Jumlah ini bisa menjadi acuan dasar untuk pembagian
peran. Jika ada murid yang ingin mengambil lebih dari satu peran (misalnya
Narator merangkap tokoh lain jika jumlah murid terbatas), tabel ini juga
bisa disesuaikan.
- Fokus pada ekspresi dan arahan panggung yang sudah ada
di naskah untuk hasil penampilan yang lebih maksimal.
buatin teks dialog lengkap versi
panjang (15–20 menit) biar langsung bisa dipakai latihan pementasan?
buatkan dialog Pembagian
per halaman (script siap print) . Jadi setiap halaman sudah
jelas siapa bicara apa → lebih mudah dibagikan ke6 halaman A4
kalau dicetak dengan font standar (Times New Roman 12, spasi 1,5).
🎭 Naskah Drama Isra’ Mi’raj
Tokoh
6.
Narator
7.
Bumi
8.
Langit
9.
Malaikat
Jibril
10. Nabi Muhammad SAW
Adegan 1 – Pembukaan
Narator (berdiri di tengah
panggung, senyum lebar, tangan terbuka menyapa penonton):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Hari ini kita akan menyaksikan drama tentang
peristiwa mulia Isra’ Mi’raj.
Tapi… sebelum Nabi Muhammad SAW naik ke langit, ternyata ada kisah seru: debat
antara bumi dan langit! Mereka adu argumen, siapa yang lebih mulia. Yuk kita
lihat keseruannya!
(Lampu sorot ke sisi panggung. Musik lembut
mulai. Bumi masuk dengan langkah mantap, dada dibusungkan. Tak lama, Langit
masuk dengan langkah anggun, pandangan tajam ke arah Bumi.)
Adegan 2 – Dialog Bumi dan Langit
Bumi (tegap, sombong, tangan menunjuk dirinya sendiri):
“Hai langit, aku ini
lebih mulia darimu! Allah menghiasi aku dengan gunung-gunung megah,
sungai-sungai jernih, laut luas, pepohonan rindang, dan negeri-negeri
menakjubkan.
Para nabi lahir di atasku, para wali beribadah di atasku, kaum mukminin shalat
di atasku. Bahkan aku punya Ka’bah, rumah Allah, yang setiap
saat dikelilingi manusia thawaf!”
Langit (tertawa kecil, angkat alis, tangan berkacak pinggang):
“Hahaha… dasar bumi,
sombong sekali! Ingat ya, aku lebih mulia darimu.
Aku punya matahari yang menerangi siang, bulan
yang menghiasi malam, bintang-bintang berkelip bagai permata, planet-planet
beredar rapi. Dan jangan lupa, aku punya Arsy Allah, Kursy
Allah, Baitul Makmur tempat malaikat thawaf, dan surga penuh
kenikmatan. Itu jelas lebih tinggi daripada yang ada padamu!”
Bumi (menepuk dada, wajah sedikit emosi, jalan maju satu
langkah):
“Itu memang hebat,
langit. Tapi aku jangan diremehkan! Aku punya Ka’bah, kiblat
umat Islam. Para nabi dan orang-orang saleh tinggal di atasku. Dari tanahku
manusia diciptakan, dan ke tanahku mereka kembali.”
Langit (menyilangkan tangan, nada menantang, sedikit
mendongak):
“Hmm… bagus juga, bumi.
Tapi aku ini gerbang akhirat. Malaikat turun dan naik melaluiku. Para arwah
orang-orang saleh menuju surga melewati jalanku. Bahkan para nabi yang
sudah wafat, ruhnya bersemayam lewat diriku. Jadi aku lebih mulia!”
Bumi (senyum licik, melangkah pelan mendekati langit, nada
yakin):
“Oke, langit. Semua
yang kau katakan benar. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kau bantah: di
atasku tinggal manusia paling mulia, kekasih Allah, pemimpin para rasul,
penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau
lahir di atasku, berdakwah di atasku, menegakkan syariat di atasku. Bagaimana
bisa kau menandingi itu?”
Langit (mendadak terdiam, mata melirik ke bawah, wajah panik,
garuk-garuk kepala):
“Itu… itu… aduh…
gimana jawabnya? Aku kalah argumen nih.”
(Bumi tertawa puas, sambil
berputar ke arah penonton, gaya menang):
“YES! Menang debat! Hahaha!”
(Penonton boleh ikut tertawa.)
Langit (menunduk, berubah ekspresi jadi khusyuk, kedua tangan
diangkat berdoa, suara lembut):
“Ya Allah, Engkau Maha Mulia. Aku tidak sanggup membantah bumi. Jika Engkau
telah memuliakan bumi dengan Nabi Muhammad SAW, maka muliakanlah aku juga.
Angkatlah Nabi-Mu itu naik kepadaku, agar aku pun merasakan kemuliaan.”
(Lampu perlahan meredup, suasana hening penuh
haru.)
Adegan 3 – Doa Dikabulkan
Narator (muncul dari samping
panggung, suara tenang):
Allah mengabulkan doa langit. Pada malam 27
Rajab, Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Buraq, kendaraan
istimewa dari surga, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW.
(Sorot lampu terang, Malaikat Jibril masuk dengan
sayap indah, wajah bercahaya. Tangan kanan memegang kendali, seolah-olah
membawa hewan tunggangan.)
Malaikat
Jibril (hormat, membungkuk penuh
wibawa):
“Wahai Muhammad,
kekasih Allah! Malam ini engkau akan menempuh perjalanan agung, Isra’ Mi’raj.
Mari, naiklah ke atas Buraq. Allah telah memuliakanmu dengan perjalanan yang
belum pernah diberikan kepada siapa pun.”
(Nabi Muhammad SAW
masuk dengan wajah teduh, senyum lembut, tangan memberi salam ke penonton. Lalu
beliau mendekati Jibril.)
Nabi Muhammad
SAW (tenang, suara lembut):
“Bismillah. Dengan
izin Allah aku menaiki Buraq ini. Semoga perjalanan ini menjadi rahmat untuk
umatku.”
(Musik haru, cahaya panggung bergerak ke atas
seolah Nabi naik ke langit bersama Jibril.)
Adegan 4 – Penutup
Narator (berdiri di depan, nada
penuh semangat):
Teman-teman, dari kisah Isra’ Mi’raj kita
belajar:
4.
Nabi Muhammad SAW adalah makhluk
paling mulia.
5.
Rendah hati itu penting, jangan
suka sombong seperti bumi dan langit tadi.
6.
Shalat adalah hadiah terindah dari
Allah untuk kita. Mari kita jaga shalat dengan baik.
Pantun Penutup
Narator (senyum, nada riang):
Jalan-jalan
ke kota Mekah,
jangan
lupa beli kurma.
Kalau
shalat jangan ditingkah,
itu
hadiah untuk kita semua.
Semua Pemain (bersama-sama, suara lantang,
tangan melambai):
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
🎬 Arahan Panggung
Tambahan
·
Bumi:
banyak gerakan fisik (menepuk dada, menunjuk diri, melangkah maju). Ekspresi sombong
→ puas → lega.
·
Langit:
awalnya anggun dan tenang, lalu jadi menantang,
akhirnya kalah dan berdoa dengan khusyuk.
·
Narator:
ekspresi ceria di awal dan serius di akhir. Tugasnya menjaga alur tetap hidup.
·
Malaikat Jibril:
gerak tenang dan penuh wibawa, jangan banyak gerakan
berlebihan, supaya terlihat agung.
·
Nabi Muhammad SAW:
perannya tenang, penuh cahaya, bijaksana. Tidak boleh dibuat
bercanda, selalu hormat.
·
Komedi ringan:
boleh ditaruh pada adegan Bumi tertawa puas, agar penonton tidak tegang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar