7 Langkah Mencuci Hati
“ketika memulai
shalat aku merasa ka’bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku,
shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di
belakangku yang siap menyabut nyawa”
الحمد لله, الحمد
لله الذى أعد للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان
الله تعالى وأشكره على نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك
له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار,
اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى
اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, khatib hendak mengisi khutbah jum’at ini
dengan dua buah kisah teladan dari sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu
dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi kita
bersama dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian. Sehingga kita
benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat lahir dan bathin.
Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237
M) diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf setelah pengajian majlis
ta’limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli fiqih yang melihat
segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim “ya Syaikh
bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?”
Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab “ketika
masuk waktu shalat aku berwudhu dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu
bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu bathin adalah haqiqat”. Ashim
bin Yusuf sebagai santri yang berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut.
Sebelum memperpanjang keterkejutannya Hatim al-Asham segera menerangkan
bahwa “wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan
menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus mencuci hati (salamatush shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut didengarkan.
Jama’ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
Sayyidina Umar bin Khattab ra memiliki kebun kurma di Madinah.
Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas bagus, manis dan legit.
Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun itu terdapat satu sumber
air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah. Betapa
bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga
seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil
perkebunannya. Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa
dengan para sahabat yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar
bertanya “dari manakah gerangan kalian berjalan bersama-sama?” para
sahabat menjawab “ini dari pulang berjama’ah ashar” kontan saja
sayyidina umar berucap “innalilahi wa inna ilaihi rojiun, jadi
ini tadi habis jama’ah ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat,
karena aku ketinggalan jama’ah karena kebun kurma ini, maka kebun ini
aku wakafkan kepada fakir miskin”
Demikianlah selayaknya contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah kebaikan. Bacaan taroji’ yang berbunyi innalilahi wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya
merupakan ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah.
Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi sayyidina Umar tidak lain
hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rojiun menunjukkan betapa penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama’ah ashar.
Apakah demikian keadaan kita, pernahkan kita berucap innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika ketinggalan satu shalat jama’ah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rojiun
ketika gelas ditangan kita terjatuh, ketika makanan tertumpah dari
tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas dan maknan
dari pada shalat jama’ah?
Selanjutnya, Jama’ah Jum'ah Rahimakumullah
Yang ke-2, hati harus dicuci dengan taubat. Taubat nashuha
sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu
taubat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan
dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3, hati harus dicuci
dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya, mengapa? liannahu ra’su kulli khati’athin. Karena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, mengapa selingkuh? Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
Yang ke-4 hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya
kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang
Maha Kuasa. yang ke-5, hati harus dicuci dengan meninggalkan suka
dipuji hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan
manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar
biasa. Dan ke-6, baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdi. Meninggal
dan melupaka dendam yang secara otomatis akan membawa seseorang tabah
dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang disebut hamlul adza. Dan terakhir, yang ke-7 baiknya hati dicuci dengan Tarkul Hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu.”
Demikian Ma’asyiral Muslimin
Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau
melaksanakan shalat. Kemudian lanjut Hatim al-Asham, “ketika memulai
shalat aku merasa ka’bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku,
shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di
belakangku yang siap menyabut nyawa”. Inilah praktik Qashrul amal (pendek angan-angannya). yaitu
semangat yang mampu mendorong untuk beribadah lebih ditingkatkan.
Selalu merasa psimis sehingga menjadikan semangat ibadah yang tinggi.
Jama’ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah jum’ah kali ini yang disampaikan melalui kisah
dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu terdapat hikmah yang dapat
dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah kami semua bagian
dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan perintahmu secara
benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar