Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Oleh ROHANI,SHI.
Oleh ROHANI,SHI.
الْحَمْدُ للهِ شَرَّفَ الأَنَاَمَ بِصَاحِبِ الْمَقَامِ الأعْلَى. وَكَمَّلَ السُّعُوْدَ بِأَكْرَمِ مَوْلُوْدٍ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْحُجَّةٍ الَبَالِغَةِ وَحُسْنِ الْبَيَانِ. أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tadzakkur dan tafakkur, mengingat
segala apa yang kita amalkan selama ini dan berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dalam arti kita berusaha melaksanakan segala
usaha yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Marilah
kita tinggalkan sejenak tugas-tugas duniawiyah, pekerjaan di kantor, bisnis dan
perdagangan, untuk masuk masjid melaksanakan sholat Jumat,untuk dzikrullah, ingat kepada
Allah SWT.
Semoga dengan demikian kita termasuk golongan orang-orang yang
tidak lalai ingat kepada Allah, walaupun kita disibukkan dengan aktivitas jual
beli dan perdagangan. Semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai hamba
Allah yang muttaqin dan husnul khatimah. Amin.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau
bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya
kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan
mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi,
masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, ada juga dengan
bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain.
Yang menjadi pertanyaan, pernahkah nabi Muhammad merayakan
peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana
hukumnya mengadakan peringatan mauled Nabi Muhammad SAW?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah
merayakan hari ulang tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah memperingati
kelahirannya dengan berpusa. Suatu ketika Nabi Muhammad ditanya: ”Wahai rasul,
mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul menjawab: “Pada hari Senin itu aku
dilahirkan.”
Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya denga puasa yang
kemudian di masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran). Namun
sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang
orang lain untuk bacaan shalawat, untu bacaan berzanjian, dibaan dan pengajian
umum.
Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW sahabat tidak pernah mengadakan peringatan maulid ini berarti mengada-ngada, dan apakah termasuk bid’ah?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Mari kita mengkaji hukum peringatan mauled Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul
Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid. Beliau menjelaskan bahwa di zaman
Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum diadakan peringatan dalam bentuk
upacara, shalawatan dan pengajian tentang maulid Nabi, sehingga ada sebagian
kaum muslimin yang tidak mau memperingati kelahiran dengan bentuk upacara itu.
Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan ?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan
romawi, Persia
bahkan Eropa, banyaklah orang non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang
salib dari Eropa. Baik karena sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini
menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka membalas dendam dengan
menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir membunuh orang
islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya,
dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah di
hadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh fiktif sehingga
rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum muslimin, hilang
keteladanan, hingga tidak kenal kehebatan Islam.
Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam,
serta tidak punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama’ dan tokoh Islam
mencari solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan
diri dari cengkraman tentara salib.
Di antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja
Himsiyyah), mengundang para ulama’ dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah,
bagaimana membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah,
serta menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada Rasulullah, sehingga
mau menteladani beliau.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar
diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan
besar-besaran, mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta
para ulama dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi.
Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias.
Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan kerena peringatan seperti itu tidak
pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti bid’ah.
Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama’
yang hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat.
Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah
dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah yang tidak ada dasar
hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid’ah
hasanah adala suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah,
namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah
muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata caranya).
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama,
ibadah mahdah muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak
boleh diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya contohkan langsung oleh
Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasul.
Kedua, ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq
yang tata caranya tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis
pelaksanaannya terserah masing-masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya
sudah ada namun teknisnya tidak ditentukan sebagaiman firman Allah:
فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ
Yang artinya: ”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring." (QS an-Nisa)
Dzikir merupakan perintahnya, sedangakan teknisnya terserah kita,
duduk, berdiri, berbaring dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara pelan
ataupun dengan suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi
dan kondisi asal tidak melanggar ketentuan syariat.
Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan
ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab56).
Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita.
Boleh sholawat yang panjang, pendek, prosa, maupun syair, yang penting
bershalawat kepada rasullullah. Hal ini termasuk juga berdakwah, Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Yang artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah
hasanah atau wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis
pelaksanaannnya terserah kita, boleh dalam bentuk pengajian umum, pengajian
rutin di masjid, ataupun media TV, radio, koran, majalah,diskusi, maupun
seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting momentum dan misinya adalah
dakwah.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada
Rasul, pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca
sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain itu
merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah atau ibadah yang mutlaq dan tidak
terikat tata caranya dimana perintahnya ada sedangakan pelaksanaannya terserah
kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi
dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk
bid’ah dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang
dianggap baik” dan kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan
mendapatka pahala dari Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam
kitab Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah
dlalalah, tapi sesuatu yang baik”.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin
dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh.
Kemudian Al-Malik Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian
ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah
diundang penyair untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad.
Kitab-kitab yang tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh
al-Barzanji dan Syeikh Addiba’i.
Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga
seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih
fisiknya, disadarkan cinta Rasul, diajak membebaskan diri dari penjajahan
tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi,
bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Sejak tahun itulah peringatan
Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.
Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin
cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang
menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau yang artinya:
“Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku,
dan orang-orang yang cinta padaku nanti akan bersamaku disurga.”
Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak disurga
nanti. Amiin, ya rabbal alamin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَنِ الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَر فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَر
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar