Khutbah
Idul Fitri 14...... H :
KEMBALI
SUCI DENGAN AMPUNAN ILAHI DAN SILATURAHMI
Khutbah
I
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ
أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ،
وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَاإِلٰهَ
إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ .اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ
الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
الَّذِيْ جَعَلَ الجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ
المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا
مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ
يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : الَّذِيْنَ
يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ.
Pagi ini, cahaya matahari dan alunan takbir membelah langit yang
tinggi. Mengiringi syukur yang mengalir deras dari dalam sanubari. Hari ini,
alam semesta bertasbih. Menyaksikan wajah-wajah yang berseri nan
bersih, setelah satu bulan berpuasa karena Allah, tanpa pamrih.
Setelah satu bulan penuh kita tempuh jalan kesabaran, kini tibalah
saatnya kita merayakan kemenangan dan keberkahan. Teriring kalimat doa :
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ، وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ،
كُلُّ عَامٍ وَاَنتُمْ بِخَيْرٍ.
“Semoga
Allah menerima (puasa) kita, semoga kita termasuk
orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang menang, dan setiap tahun semoga kita
senantiasa dalam kebaikan” ---*
Di pagi ini, hati-hati yang haus akan rahmat Allah dipenuhi
keceriaan yang mendalam. Dibasuh lautan ampunan dari Allah, Tuhan semesta alam.
Di bawah langit yang bertasbih atas izin ilahi, kita berkumpul dalam kemenangan
sejati. Bukan hanya karena menuntaskan puasa di bulan yang suci, tetapi karena
berhasil menundukkan hawa nafsu untuk menjadikan diri jiwa-jiwa yang
suci.
Idul Fitri bukan hanya tentang pakaian dan berbagai aneka
hidangan. Idul Fitri bukan hanya pergi jalan-jalan menuruti keinginan. Idul fitri bukan hanya tangkrang-tongkrong tak karuan,
apalagi sampai mabuk-mabukan.
Idul Fitri ini adalah momentum menguatkan
tekat baja, menjadi hamba Allah yang patuh pada perintahNya dan sekuat tenaga
meninggalkan segala yang dilarang Allah. Idul Fitri adalah tentang hati yang
kembali suci, tentang ruh yang bersujud dalam damai di hati. Merasakan
kelembutan kasih sayang Allah yang Maha Abadi. Idul Fitri adalah tentang
panggilan untuk kembali pada kesucian, memperkuat silaturahmi dan kebersamaan.
Menanamkan kasih sayang pada mereka yang selama ini bersama dalam kehidupan.
Semoga kebahagiaan ini tidak hanya berhenti di hari ini, tetapi terus menyala
dalam setiap langkah kehidupan ini.
Oleha karena itu, untuk
mewujudkan kesucian diri kita, ada dua hal yang perlu kita pahami dan tancapkan
dalam hati dan sanubari.
Pertama adalah penguatan HABLUM
MINALLAH, melalui penguatan ibadah dan meraih ampunan atas segala dosa.
Kedua adalah penguatan HABLUM MINAN NAAS,
melalui kepekaan sosial dan senantiasa menebar kebaikan dan cinta. Jika dua hal
ini mampu diamalkan dalam kehidupan kita, maka
insyaAllah kehidupan kita akan
dinaungi kebahagiaan sampai akhir masa. Allah
berfirman
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى
مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ
اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
Artinya,
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti)
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran : 133).
Dari ayat ini kita diingatkan cara untuk menyucikan jiwa. Kita
diperintahkan untuk bersegera meraih ampunan dan surga-Nya. Seraya menyadari
bahwa kuasa Allah begitu luas bagi kita. Seluas surga yang Ia sediakan bagi
orang-orang yang bertakwa.
Bentuk ikhtiar meraih ampunan-Nya, telah kita lakukan selama satu
bulan penuh. Berpuasa menjalankan perintah Allah dengan hati yang kukuh. Iman
dan takwa juga terus kita semai untuk memastikan ibadah kita senantiasa tumbuh dan utuh.
Semoga semua ini berujung pada ampunan Allah sebagaimana hadits
Rasulullah dari Abu Hurairah:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya,
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan
pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa masa lalunya.” (HR
Al-Bukhari dan Muslim). ---*
Langkah kedua Jika kita ingin kembali kepada
kesucian dan ketakwaan yang kuat, maka kita harus menguatkan ibadah sosial
dengan sedekah, infak, dan zakat. Ibadah ini tidak hanya dilakukan saat kita
dalam kondisi finansial kuat, namun harus dilakukan saat kita merasa berat,
sebagai wujud taat kepada Allah sang pemberi nikmat.
Kita harus yakin bahwa berbagi tidaklah sama sekali akan
mengurangi harta kita. Sebaliknya, dengan berbagi maka hakikatnya Allah sedang menambah
apa yang kita punya. Zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan puasa dan zakat
mal untuk menyucikan jiwa dan
harta kita, adalah wujud kesadaran jiwa, bahwa semua yang kita punya
adalah milik Allah swt dan akan kembali kepada-Nya.
Hal ini sekaligus menyadarkan kita bahwa ada hak orang lain di
dalamnya, semua bukan milik kita dan tak akan di bawa saat kita meninggalkan
dunia. Hanya dengan cara berbuat baik dengan harta yang disedekahkan kepada
sesama, harta kita akan memberi manfaat saat kita sudah kembali kepada Allah
swt.
عَنْ رَسُولَ اللَّهِ صلعم
قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْداً بِعَفْوٍ
إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ اللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
Artinya,
"Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Tidaklah sedekah
itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan
pemberian maafnya kepada saudaranya,) kecuali
kemuliaan di dunia dan akhirat, serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena
Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat'."
(HR Muslim). ---*
Dalam surat Ali Imran ayat 134,
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى
السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ
النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Artinya,
“(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit,
orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali
Imran : 134).
Sebagaimana ayat diatas, Allah
juga memerintahkan, agar kita senantiasa mengendalikan amarah dan suka
memaafkan kesalahan. Karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ramadhan dan Idul Fitri menjadi momentum pembuktian.
Saat puasa, kita diwajibkan mengendalikan nafsu amarah yang sering
kita lakukan. Kemudian di Hari Idul Fitri, kita diperintahkan untuk saling
memaafkan. Mari semua itu kita lakukan dengan tulus tanpa kepalsuan. Perkuat
silaturahmi untuk mengikat hati kita sesama penuh kedamaian. Mari kita sama-sama
jadikan hari kemenangan ini sebagai momen untuk menghapus segala kesalahan
dengan saling bermaaf-maafan. Bermaaf-maafan tidak hanya sekadar tradisi, namun
juga wujud nyata dari kembalinya kita kepada fitrah sebagai manusia yang suci
dari dendam dan prasangka buruk.
Mari jadikan Idul Fitri kali ini, Idul Fitri kita yang terbaik bagi
kita. Mari kuatkan tekad untuk senantiasa mempertahankan kesucian ini bersama.
Kita tidak tahu apakah kita akan bisa bertemu dengan Idul Fitri-Idul Fitri di
masa selanjutnya. Mari kita saling memaafkan atas segala dosa yang pernah kita
buat pada sesama.
Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita, yang telah
melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua.
Mereka adalah jimat dan keramat yang
harus terus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan
menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia. Saat ini usia
orang tua kita terus bertambah. Fisik mereka pun semakin lemah.
Raih kedua tangan mereka yang sudah mulai keriput namun penuh dengan
berkah. Cium tangan mereka, minta
maaflah kepada mereka dengan setulus hati dan jiwa. Percayalah, sesukses apapun
kiprah kita di dunia, tidak ada apa-apanya di hadapan mereka. Merekalah yang
telah menjadikan kita mampu meraih ini semua. Allah Berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا
تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ
وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمً
Artinya,
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik." (Al-Isra’ : 23).
Dalam kitab Tafsirnya Syekh
Nawawi menjelaskan bahwa anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Berbakti ini tidak hanya saat mereka hidup di dunia. Bagi orang tuanya
yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka.
Ziarahi makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan
menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka
harapkan dari anak-anaknya. Namun
untaian doa dan kebaikan para penerusnya yang mereka nanti-nantikan di
alam kuburnya. Semoga Allah swt menerima amal ibadahnya dan mengampuni
dosa-dosanya. Semoga Allah menerima doa-doa kita untuk orang tua kita. Aamiin. ---*
Demikianlah Khutbah Idul Fitri kali ini, selanjutnya : Dengan
segala kerendahan hati, saya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal
1446 H, Mohon maaf lahir dan batin, dari segala kesalahan dan khilaf yg selama
ini diperbuat, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan umur panjang
yang Barokah sehingga dapat dipertemukan kembali dengan Romadhon yang akan
datang Aamiin ya robbal ‘alamin.
.بَارَكَ اللهُ لِي
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ. ِ
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ
اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا، وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ
الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ
الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،
فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ
وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ
وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً
وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا
آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ . تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ
مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، كُلُّ عَامٍ وَاَنتُمْ بِخَيْرٍ. وَالْحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar