Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ
وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ،
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَن
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Khutbah siang ini mengambil tema: “Waspadai Doa Orang yang Terzalimi!”.
Hadirin rahimakumullah,
az Zhulm atau kezaliman didefinisikan dengan beberapa makna, di
antaranya:
مُخَالَفَةُ أَمْرِ وَنَهْيِ مَنْ لَهُ الأَمْرُ وَالنَّهْيُ
“Melanggar perintah dan larangan Dzat yang berhak memerintah dan
melarang.”
مُجَاوَزَةُ الحَدِّ
“Melampaui batas.”
التَّصَرُّفُ فِي مِلْكِ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ
“Bertindak terhadap milik pihak lain tanpa seizinnya.”
وَضْعُ الشَيْءِ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهِ
“Meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.”
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zalim diartikan sebagai
orang yang melakukan perbuatan aniaya yang merugikan dirinya sendiri
dan/atau orang lain.
Semua pengertian zalim dan kezaliman ini saling terkait satu sama lain.
Lawan kata dari zalim adalah adil. Adil adalah memberikan hak kepada
setiap yang berhak mendapatkannya, atau berpihak kepada yang benar;
berpegang pada kebenaran.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Secara garis besar, kezaliman ada dua yakni pertama, kezaliman yang
bahayanya mengenai orang lain, seperti menyakiti orang lain, mengambil
dan memakan harta milik orang lain tanpa hak, memakan harta anak yatim,
menunda-nunda bayar hutang padahal mampu melunasinya, tidak memberikan
upah kepada pekerja, memukul istri tanpa hak, mengajarkan ilmu agama
padahal tidak memiliki keahlian, berfatwa tanpa ilmu dan lain
sebagainya. Mengajarkan agama tanpa dasar ilmu termasuk kezaliman karena
hal itu dapat menyababkan banyak orang menjadi sesat. Begitu pula
berfatwa tanpa landasan ilmu dapat menjerumuskan banyak orang ke dalam
perkara-perkara yang haramkan dan dilarang oleh agama.
Kedua adalah kezaliman yang bahayanya mengenai diri sendiri, seperti
meninggalkan shalat lima waktu tanpa uzur, meninggalkan puasa Ramadhan
tanpa uzur dan lain sebagainya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)
Artinya: “Dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” (QS ath Thalaq:
1)
Sedangkan kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling berbahaya
adalah kekufuran dengan semua jenisnya. Allah ta’ala berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (البقرة: 253)
Artinya: “Orang-orang kafir itulah orang yang zalim” (QS al Baqarah:
253)
Yakni, orang-orang kafir telah melakukan puncak kezaliman. Allah
menyebut orang-orang kafir sebagai orang yang zalim karena kekufuran
adalah kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling tinggi.
Seluruh kezaliman selain kufur dibandingkan dengan kufur tidak ada
apa-apanya. Artinya, kezaliman lain selain kufur dianggap sedikit jika
dibandingkan dengan kezaliman yang berupa kufur. Orang yang mati dalam
keadaan kafir, maka di akhirat ia masuk neraka selama-lamanya.
Dalam ayat yang lain, Allah ta’ala menegaskan:
اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (لقمان: 13)
Artinya: “Sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS Luqman: 13)
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Muslim dan lainnya,
dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dijelaskan bahwa orang yang
bangkrut dan merugi adalah seseorang yang datang pada hari kiamat kelak
dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
Tapi sewaktu hidup di dunia, ia banyak berbuat zalim kepada orang lain.
Maka pahala-pahala kebaikannya akan diambil seukuran dengan kadar
kezaliman yang ia lakukan dan diberikan kepada orang-orang yang pernah
ia zalimi. Apabila seluruh pahala kebaikannya telah habis, sedangkan ia
masih memiliki tanggungan kezaliman kepada orang lain, maka dosa-dosa
mereka yang pernah ia zalimi akan diambil dan ditimpakan kepadanya. Lalu
ia dilemparkan ke dalam neraka.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kita harus berhati-hati dan mewaspadai doa orang yang terzalimi. Karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada sahabat Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah ke
Yaman:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
اللهِ حِجَابٌ ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: “... takutlah dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi
karena tidak ada antara ia dan Allah penghalang (mustajabah)” (HR al
Bukhari)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dikisahkan bahwa ada seorang perempuan yang shalihah memiliki rumah
kecil di samping istana megah seorang raja. Rumah kecil itu mengurangi
keindahan istana sang raja. Setiap kali raja meminta kepada perempuan
itu untuk menjualnya, ia menolak. Hingga suatu ketika, perempuan itu
keluar rumah dalam sebuah perjalanan. Ketiadaan perempuan itu di
rumahnya digunakan kesempatan oleh raja untuk merobohkan bangunan
rumahnya. Setelah perempuan pemiliki rumah kembali ke rumahnya, ia
diberitahu jika yang merobohkan rumahnya adalah raja. Spontan ia
menengadah sembari mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
إِلَهِيْ وَمَوْلَاي رَبَّ العَالـَمِيْنَ أَنَا الضَّعِيْفَةُ وَأَنْتَ
القَاهِرُ، لِلضَّعِيْفِ مُعِيْنٌ وَلِلْمَظْلُوْمِ نَاصِرٌ
Artinya: “Tuhanku Pemilik sekalian alam raya, aku-lah hamba yang lemah
dan Engkau-lah yang Maha Menguasai dan Maha Menundukkan, hamba yang
lemah dan teraniaya ini pasti memiliki penolong.”
Lalu perempuan itu duduk-duduk di depan bekas rumahnya yang telah roboh.
Tidak lama kemudian, raja keluar istana bersama rombongannya. Ketika
melihat perempuan itu, raja menanyainya, apa yang sedang ia lakukan.
Perempuan itu menjawab: "Aku sedang menunggu robohnya istanamu". Raja
menertawakannya dan berlalu begitu saja. Malam pun tiba. Kekuasaan Allah
datang. Raja beserta seluruh bangunan istana dibenamkan dan
ditenggelamkan ke dalam tanah.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, marilah kita amalkan hadits yang disabdakan oleh
baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ: أَنْصُرُهُ
إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ
أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ
ذلِكَ نَصْرُهُ (رَوَاهُ البُخَارِيُّ)
Artinya: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang terzalimi!”.
Seorang sahabat bertanya: Saya membantunya jika ia terzalimi, tapi jika
ia zalim, bagaimana menolongnya?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Engkau menghalanginya atau mencegahnya dari berbuat
zalim, sungguh itulah cara menolongnya” (HR al Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ
عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ
وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ،
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ
بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-waspadai-doa-orang-yang-terzalimi-tiEWC
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-waspadai-doa-orang-yang-terzalimi-tiEWC
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ
وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ،
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَن
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Khutbah siang ini mengambil tema: “Waspadai Doa Orang yang Terzalimi!”.
Hadirin rahimakumullah,
az Zhulm atau kezaliman didefinisikan dengan beberapa makna, di
antaranya:
مُخَالَفَةُ أَمْرِ وَنَهْيِ مَنْ لَهُ الأَمْرُ وَالنَّهْيُ
“Melanggar perintah dan larangan Dzat yang berhak memerintah dan
melarang.”
مُجَاوَزَةُ الحَدِّ
“Melampaui batas.”
التَّصَرُّفُ فِي مِلْكِ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ
“Bertindak terhadap milik pihak lain tanpa seizinnya.”
وَضْعُ الشَيْءِ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهِ
“Meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.”
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zalim diartikan sebagai
orang yang melakukan perbuatan aniaya yang merugikan dirinya sendiri
dan/atau orang lain.
Semua pengertian zalim dan kezaliman ini saling terkait satu sama lain.
Lawan kata dari zalim adalah adil. Adil adalah memberikan hak kepada
setiap yang berhak mendapatkannya, atau berpihak kepada yang benar;
berpegang pada kebenaran.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Secara garis besar, kezaliman ada dua yakni pertama, kezaliman yang
bahayanya mengenai orang lain, seperti menyakiti orang lain, mengambil
dan memakan harta milik orang lain tanpa hak, memakan harta anak yatim,
menunda-nunda bayar hutang padahal mampu melunasinya, tidak memberikan
upah kepada pekerja, memukul istri tanpa hak, mengajarkan ilmu agama
padahal tidak memiliki keahlian, berfatwa tanpa ilmu dan lain
sebagainya. Mengajarkan agama tanpa dasar ilmu termasuk kezaliman karena
hal itu dapat menyababkan banyak orang menjadi sesat. Begitu pula
berfatwa tanpa landasan ilmu dapat menjerumuskan banyak orang ke dalam
perkara-perkara yang haramkan dan dilarang oleh agama.
Kedua adalah kezaliman yang bahayanya mengenai diri sendiri, seperti
meninggalkan shalat lima waktu tanpa uzur, meninggalkan puasa Ramadhan
tanpa uzur dan lain sebagainya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)
Artinya: “Dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” (QS ath Thalaq:
1)
Sedangkan kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling berbahaya
adalah kekufuran dengan semua jenisnya. Allah ta’ala berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (البقرة: 253)
Artinya: “Orang-orang kafir itulah orang yang zalim” (QS al Baqarah:
253)
Yakni, orang-orang kafir telah melakukan puncak kezaliman. Allah
menyebut orang-orang kafir sebagai orang yang zalim karena kekufuran
adalah kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling tinggi.
Seluruh kezaliman selain kufur dibandingkan dengan kufur tidak ada
apa-apanya. Artinya, kezaliman lain selain kufur dianggap sedikit jika
dibandingkan dengan kezaliman yang berupa kufur. Orang yang mati dalam
keadaan kafir, maka di akhirat ia masuk neraka selama-lamanya.
Dalam ayat yang lain, Allah ta’ala menegaskan:
اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (لقمان: 13)
Artinya: “Sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS Luqman: 13)
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Muslim dan lainnya,
dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dijelaskan bahwa orang yang
bangkrut dan merugi adalah seseorang yang datang pada hari kiamat kelak
dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
Tapi sewaktu hidup di dunia, ia banyak berbuat zalim kepada orang lain.
Maka pahala-pahala kebaikannya akan diambil seukuran dengan kadar
kezaliman yang ia lakukan dan diberikan kepada orang-orang yang pernah
ia zalimi. Apabila seluruh pahala kebaikannya telah habis, sedangkan ia
masih memiliki tanggungan kezaliman kepada orang lain, maka dosa-dosa
mereka yang pernah ia zalimi akan diambil dan ditimpakan kepadanya. Lalu
ia dilemparkan ke dalam neraka.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kita harus berhati-hati dan mewaspadai doa orang yang terzalimi. Karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada sahabat Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah ke
Yaman:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
اللهِ حِجَابٌ ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: “... takutlah dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi
karena tidak ada antara ia dan Allah penghalang (mustajabah)” (HR al
Bukhari)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dikisahkan bahwa ada seorang perempuan yang shalihah memiliki rumah
kecil di samping istana megah seorang raja. Rumah kecil itu mengurangi
keindahan istana sang raja. Setiap kali raja meminta kepada perempuan
itu untuk menjualnya, ia menolak. Hingga suatu ketika, perempuan itu
keluar rumah dalam sebuah perjalanan. Ketiadaan perempuan itu di
rumahnya digunakan kesempatan oleh raja untuk merobohkan bangunan
rumahnya. Setelah perempuan pemiliki rumah kembali ke rumahnya, ia
diberitahu jika yang merobohkan rumahnya adalah raja. Spontan ia
menengadah sembari mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
إِلَهِيْ وَمَوْلَاي رَبَّ العَالـَمِيْنَ أَنَا الضَّعِيْفَةُ وَأَنْتَ
القَاهِرُ، لِلضَّعِيْفِ مُعِيْنٌ وَلِلْمَظْلُوْمِ نَاصِرٌ
Artinya: “Tuhanku Pemilik sekalian alam raya, aku-lah hamba yang lemah
dan Engkau-lah yang Maha Menguasai dan Maha Menundukkan, hamba yang
lemah dan teraniaya ini pasti memiliki penolong.”
Lalu perempuan itu duduk-duduk di depan bekas rumahnya yang telah roboh.
Tidak lama kemudian, raja keluar istana bersama rombongannya. Ketika
melihat perempuan itu, raja menanyainya, apa yang sedang ia lakukan.
Perempuan itu menjawab: "Aku sedang menunggu robohnya istanamu". Raja
menertawakannya dan berlalu begitu saja. Malam pun tiba. Kekuasaan Allah
datang. Raja beserta seluruh bangunan istana dibenamkan dan
ditenggelamkan ke dalam tanah.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, marilah kita amalkan hadits yang disabdakan oleh
baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ: أَنْصُرُهُ
إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ
أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ
ذلِكَ نَصْرُهُ (رَوَاهُ البُخَارِيُّ)
Artinya: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang terzalimi!”.
Seorang sahabat bertanya: Saya membantunya jika ia terzalimi, tapi jika
ia zalim, bagaimana menolongnya?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Engkau menghalanginya atau mencegahnya dari berbuat
zalim, sungguh itulah cara menolongnya” (HR al Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ
عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ
وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ،
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ
بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-waspadai-doa-orang-yang-terzalimi-tiEWC
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-waspadai-doa-orang-yang-terzalimi-tiEWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar