Jangan Jadikan Bid'ah sebagai Alasan Perpecahan Ummat
الحمد لله الحمد لله نحمده و
نستعينه و نستغفره و نتوب إليه, و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئات
أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له, و أشهد أن لا إله
الا الله وحده لا شريك له و أشهد
أن محمد عبده و رسوله لا نبي بعده, اللهم صلي و سلم و بارك علي سيدنا و
نبينا محمد سيد المرسلين و إمام المتقين و خاتم النبيين و علي أله الطاهرين
و أصحابه الطيبين الطاهرين و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين, أما بعد فيا
عباد الله أصيكم و اياي بتقوالله و قد فاز المتقون, اتقوا الله حق تقاته و
لا تموتن الا و أنتم مسلمون. قال
الله تعالي في القرأن الكريم..أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الر
حمن الرحيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ
وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً.
Ma’asyirol muslimin jamaah jumah rahimakumullah…
Puji syukur ke
hadirat Allah SWT yang telah memberi kita nikmat Iman dan Islam sehingga
berkat hidayah ‘inayah serta taufiq Nya hingga saat ini kita selalu
dapat menjalankan syariat-syariat yang telah digariskan olehNya salah
satunya dengan menjalankan ibadah wajib berupa sholat jum’at yang sedang
kita laksanakan saat ini.
Sholawat ma’as salam sudah seharusnya tak henti-hentinya kita
haturkan ke haribaan junjungan kita, Pamungkas para Nabi dan Rasul
sekaligus pemberi syafaat kepada ummatnya di hari kiamat nanti,
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita termasuk di dalam golongan
orang-orang yang akan mendapat syafaat beliau. Amin yaa robbal alamin.
Selanjutnya untuk mengawali khutbah singkat izinkan khotib berwasiat
kepada diri khotib khususnya dan kepada hadirin jamaah sholat jum’ah
umumnya untuk selalu bertaqwa dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, dengan melaksanakan segala
perintah Allah dengan ikhlas sekaligus menjauhi segala yang tidak
disukai oleh Allah serta meninggalkan segala seusuatu yang dilarang oleh
Allah SWT, seraya berharap kita dapat mengakhiri hidup yang hanya
sementara ini dengan husnul khotimah.
Ma’asyirol muslimin jamaah jumah rahimakumullah…
Akhir-akhir ini
kaum muslimin dihadapkan dengan sebuah ujian berat berupa ancaman
perpecahan mengatasnamakan perbedaan aliran, syariat, bahkan perbedaan
aqidah. Sadar atau tidak sadar, hal ini sudah seharusnya kita hindari,
karena jika kita terlena terhadap perbedaan-perbedaan tersebut maka umat
muslim sendiri lah yang akan menanggung segala akibatnya, dan akan
semakin membuat musuh-musuh Islam tertawa dan berpesta serta semakin
memojokkan posisi kaum muslimin.Perbedaan-perbedaan tersebut semakin
hari kian meruncingkan masalah dengan saling mempersalahkan satu dengan
yang lainnya. Sebagai contoh ada suatu golongan yang mencibir amaliah
golongan lain dengan menganggap apa yang tidak sesuai dengan yang mereka
kerjakan serta mereka yakini adalah sebuah perbuatan bid’ah yang
ganjarannya adalah neraka. Lebih parahnya lagi mereka yang mencibir
tidaklah sepenuhnya memahami apa yang mereka pedomani. Mereka bahkan
tidak mau menerima argument dari golongan lain serta menganggap paham
mereka lah yang paling benar. Oleh karenanya dalam kesempatan yang
singkat ini khotib akan sedikit mengulas tentang fasal bid’ah berserta
dasar-dasar hokum yang berkaitan dengan bid’ah, khotib berharap dengan
pemaparan ini kita semua dapat membuka hati kita untuk lebih dapat
menerima pandangan orang lain, membuka cakrawala pemikiran kita bahwa
ada pendapat mengenai bid’ah dengan versi lain dari apa yang pernah kita
ketahui dan kita yakini, sehingga kedepan kita tidak terjebak dalam
perdebatan-perdebatan tidak berujung.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Dalam kamus Al Munawir kata
بِدْعَةٌ yang merupakan jama’ dari kata بِدَعٌsecara lughowi diartikan
sebagai “perkara baru dalam agama”. Sedangkan secara istilahi terdapat
bermacam-macam makna diantaranya seperti yang termaktub dalam kitab
Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari.
Dalam kitab tersebut istilah "bid’ah" ini disandingkan dengan istilah
"sunnah". Seperti dikutip Syeikh Hasyim Asy’ari, menurut Syaikh Zaruq
dalam kitab ‘Uddatul Murid, kata bid’ah secara syara’ adalah munculnya
perkara baru dalam agama yang kemudian mirip dengan bagian ajaran agama
itu, padahal bukan bagian darinya, baik formal maupun hakekatnya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW yang terdapat dalam kitab Riyadlus Sholihin
Hal. 62 disebutkan :
عَنْ أُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ
أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ
رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فىِ
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (متفق عليه)
Artinya : ”Barangsiapa memunculkan perkara baru dalam urusan kami
(agama) yang tidak merupakan bagian dari agama itu, maka perkara
tersebut tertolak”.
Nabi juga bersabda yang termaktub dalam kitab Riyadlus Solihin hal. 62:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله, وَ خَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ, وَ شَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا, وَ كُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه مسلم
Yang artinya : ”Amma ba’du, maka sesungguhnya perkataan yang paling
baik adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad,
dan seburuk-buruk perkara adalah hal yang baru dan setiap bid’ah adalah
sesat”.
Menurut para ulama’, kedua hadits ini tidak berarti bahwa semua
perkara yang baru dalam urusan agama tergolong bidah, karena mungkin
saja ada perkara baru dalam urusan agama, namun masih sesuai dengan ruh
syari’ah atau salah satu cabangnya (furu’). Al Imam Al Hafiz Al-Qurthubi
dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa perbuatan bid’ah yang dimaksud
dalam hadist tersebut adalah hal-hal yg tidak sejalan dengan Alqur’an
dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Bid’ah dalam arti lainnya adalah sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ...الأية
Yang artinya : “Allah yang menciptakan langit dan bumi”. (Al-Baqarah 2: 117).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Terdapat sebuah hadist Nabi juga yang berbunyi
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ yang artinya : “Semua bid’ah itu adalah sesat dan semua kesesatan itu di neraka”.
Jika
kita memahami redaksi hadist ini secara lafdziah maka sudah pasti dapat
diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang baru dalam agama (dalam
hal ini segala sesuatu yang tidak pernah ada pada zaman nabi) adalah
bid’ah, dan setiap bid’ah sudah pasti sesat dan setiap kesesatan
tempatnya di neraka.
Namun demikian, mari coba kita kaji dari sudut pandang ilmu
balaghogh. KH. A.N. Nuril Huda, dalam "Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja)
Menjawab" menjelaskan kajian terhadap hadist tersebut Menurut ilmu
balaghogh. Dalam kajian ilmu balaghogh disebutkan bahwa setiap benda
pasti mempunyai sifat, tidak mungkin ada benda yang tidak bersifat,
sifat itu bisa bertentangan seperti baik dan buruk, panjang dan pendek,
gemuk dan kurus. Mustahil ada benda dalam satu waktu dan satu tempat
mempunyai dua sifat yang bertentangan, kalau dikatakan benda itu baik,
mustahil pada waktu dan tempat yang sama dikatakan jelek; kalau
dikatakan si A berdiri mustahil pada waktu dan tempat yang sama
dikatakan duduk. Bid’ah itu merupakan kata benda, yang sudah barang
tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin
saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak
ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas. Hal seperti ini dalam
Ilmu Balaghah dikatakan;
حدف الصفة على الموصوف
yaitu “membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya kita tulis
sifat bid’ah maka akan terjadi dua kemungkinan: Kemungkinan pertama;
كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ Yang
artinya : “Semua bid’ah yang baik sesat, dan semua yang sesat masuk
neraka”. Hal ini tidak mungkin, bagaimana bisa sifat baik dan sesat
berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu
tentu mustahil. Maka yang bisa dipastikan kemungkinan yang kedua;
كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّاِر Yang artinya : “Semua bid’ah yang jelek itu sesat, dan semua kesesatan itu masuk neraka”.
Hal
yang sama dengan kajian ilmu balaghogh diatas terjadi pula dalam
Al-Qur’an, Allah SWT telah membuang sifat kapal dalam firman-Nya pada QS
Al-Kahfi : 79 yang berbunyi :
وَكَانَ وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْباً ﴿٧٩﴾
artinya: “Di belakang mereka ada raja yang akan merampas semua kapal dengan paksa”.
Dalam
ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan kapal baik apakah kapal
jelek; karena dalam kondisi normal kapal yang jelek tidak akan diambil
oleh raja. Maka lafadh
كل سفينة sama dengan
كل بد عة tidak disebutkan sifatnya, walaupun pasti punya sifat, ialah kapal yang baik
كل سفينة حسنة.
Kemudian kajian lain terhadap hadist tersebut adalah pendapat dari
Al-Imam Al-Hafidz Al-Nawawi yang menyatakan dalam kitab Syarh-nya atas
kitab Shohih Muslim, bahwa kata كل adalah bermakna sebagian besar bukan
bermakna seluruh, sehingga hadist itu oleh beliau dimaknakan “sebagian
besar perbuatan bid’ah itu adalah sesat”. Pemaknaan lafadz كل dengan
makna sebagian juga terdapat dalam kajian ilmu lughotil arobiyah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Bertolak dari paparan terkait
dengan pengertian bid’ah sebagaimana telah khotib uraikan diatas, Timbul
suatu pertanyaan, Apakah segala sesuatu yang diada-adakan oleh ulama’
yang tidak ada pada zaman Nabi SAW pasti jeleknya? Jawaban yang
bijaksana adalah, belum tentu! Ada dua kemungkinan; mungkin jelek dan
mungkin baik. Kapan bid’ah itu baik dan kapan bid’ah itu jelek?. Khotib
akan mengutip 2 pendapat ulama’ besar yang mewakili 2 zaman berbeda
yaitu Imam Syafi’i dari kalangan ulama salaf dan Prof. Dr. As Sayyid
Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani dari kalangan ulama kholaf.
Menurut Imam Syafi’i:
اَلْبِدْعَةُ ِبدْعَتَانِ : مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ, فَمَاوَافَقَ السُّنَّةَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَاخَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمَةٌ
Yang artinya : “Bid’ah ada dua, bid’ah terpuji dan bid’ah tercela,
bid’ah yang sesuai dengan sunnah itulah yang terpuji dan bid’ah yang
bertentangan dengan sunnah itulah yang tercela”.
Sedangkan menurut sebuah kutipan yang dinukil dari sebuah kitab yang
berjudul : Dzikrayaat wa Munaasabaat karya Prof. Dr. As Sayyid Muhammad
bin Alwi Al Maliki Al Hasani yang dialih bahasakan oleh KH. Muhammad
Bashori Alwi dalam sebuah bukunya disebutkan : bukan semua yang tidak
diamalkan oleh ulama’ salaf dan belum terjadi pada masa pertama (zaman
nabi) itu adalah bid’ah yang diingkari lagi jelek, yang diharamkan orang
melakukannya dan wajib diingkarinya. Tetapi hal-hal baru yang terjadi
itu haruslah dihadapkan kepada dalil-dalil syar’i. Lantas apa yang
mengandung maslahat hukumnya adalah wajib. Atau yang mengandung
keharaman maka hukumnya haram. Atau yang mengandung kemakruhan maka
hukumnya makruh. Atau yang mengandung kemubahan maka hukumnya mubah.
Atau yang mengadung mandub (sunnah) maka hukumnya adalah mandub
(sunnah).
Hal
ini juga diperkuat oleh hadist Nabi yang termaktub dalam kitab Riyadlus Sholihin Halaman 63 yang berbunyi :
مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ
سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ
مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ, وَمَنْ سَنَّ فِى
اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِاَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئٌ.
رواه مسلم
Yang artinya : “Barang siapa yang mengada-adakan satu cara yang baik
dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut
mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun,
dan barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang jelek maka ia akan
mendapat dosa dan dosa-dosa orang yang ikut mengerjakan dengan tidak
mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”.
Dan hadist Nabi yang lain yang termaktub dalam kitab Sunan Ibnu Majah Juz I hal. 414 :
إِنَّ أُمَّتِي لَنْ
تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ. رواه ابن ماجة عن انس ابن مالك
Yang artinya : “Bahwa ummatku tidak akan sepakat dalam kesesatan,
bila kamu melihat perbedaan pendapat diantara kalian, maka ikutilah
pendapat mayoritas”. HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik.
Dalam Kitab Fathul Bari dijelaskan : "Pada mulanya, bid'ah dipahami
sebagai perbuatan yang tidak memiliki contoh sebelumnya. Dalam
pengertian syar'i, bid'ah adalah lawan kata dari sunnah. Oleh karena
itu, bid'ah itu tercela. Padahal sebenarnya, jika bid'ah itu sesuai
dengan syariat maka ia menjadi bid'ah yang terpuji. Sebaliknya, jika
bi’ah itu bertentangan dengan syariat, maka ia tercela. Sedangkan jika
tidak termasuk ke dalam itu semua, maka hukumnya adalah mubah:
boleh-boleh saja dikerjakan. Singkat kata, hukum bid'ah terbagi sesuai
dengan lima hukum yang terdapat dalam Islam".
Dari semua pembahasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
secara garis besar bid’ah dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : Bid’ah
Hasanah dan Bid’ah Sayyiah. Dan untuk mengkategorikan sebuah perbuatan
bid’ah itu tergolong hasanah atau sayyiah maka diperlukan kajian
mendalam dengan berdasarkan dalil-dalil syar’i baik qoth’i maupun dzonny
dengan tetap mempertimbangkan maqoshid asy syar’iyyah dari
perbuatan-perbuatan yang dinilai bid’ah tersebut.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Sebelum khotib mengakhiri
khutbah siang hari ini perlu kiranya bagi khotib untuk memberikan
beberapa contoh perbuatan bid’ah yang pernah dilakukan sahabat-sahabat
terdekat nabi yang termasuk khulafaur rasyidin, perbuatan-perbuatan
dimaksud adalah :
1. Pembukuan Al-Qur'an pada masa Sayyidina Abu
Bakar ash-Shiddiq atas usul Sayyidina Umar ibn Khattab yang kisahnya
sangat terkenal.
2. Pemberian titik-titik dan syakal/baris-baris
pada tulisan Al Qur’an yang baru dilakukan pada masa kekholifahan
Sayyidan Ustman bin Affan.
3. Apa yang dilakukan oleh Sayyidina
Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat Islam untuk mendirikan
shalat tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar melihat orang-orang itu
berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: "Sebaik-baik
bid'ah adalah ini".
4. Sayyidina Utsman ibn Affan menambah adzan
untuk hari Jumat menjadi dua kali. Imam Bukhari meriwatkan kisah
tersebut dalam kitab Shahih-¬nya bahwa penambahan adzan tersebut karena
umat Islam semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman juga
memerintahkan untuk mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra', yaitu
sebuah bangunan yang berada di pasar Madinah.
Dari keempat contoh diatas, mari kita focus terhadap dua contoh
pertama yang tentunya yang tidak pernah diperdebatkan yaitu mengenai
kodifikasi (pembukuan) Al Qur’an dan pemberian titik-titik dan syakal
pada tulisan Al Qur’an. Kedua hal tersebut merupakan contoh konkrit
bid’ah hasanah, karena pada zaman Rasulullah SAW Al Qur’an hanya dihafal
atau setidak-tidaknya ditulis di pelepah-pelepah kurma dan juga
batu-batu (tanpa titik dan tanda baca) dalam keadaan tercerai berai,
tidak tersusun sistematis dalam bentuk surat-surat dan Juz-juz seperti
yang kita jumpai pada mushaf Al Qur’an yang ada saat ini. Bagaimana
jadinya jika Al Qur’an baik secara tulisan maupun penggandaan kondisinya
masih tetap seperti pada zaman Rasulullah SAW. Jika hal itu terjadi
khotib rasa akan sulit bagi orang Indonesia khususnya membedakan apakah
itu merupakan huruf (ب, ت, atau ي) dan itu akan berakibat fatal dengan
berubahnya makna dari ayat yang dibaca. Terhadap kasus kodifikasi Al
Qur’an ini apakah masih ada yang menggap ini adalah dlolalah (sesat)?
Akhirnya untuk menutup khutbah
pada siang hari ini, khotib mengajak kepada diri khotib pribadi dan para
jamaah sekalian untuk selalu berpikir jernih dan tidak mudah memperolok
orang atau golongan lain terhadap amaliah yang mereka kerjakan selama
amalan itu memiliki dasar hukum. Jangan bersifat sombong dengan
beranggapan bahwa amaliah yang kita lakukan adalah yang paling benar dan
telah sesuai dengan sunnah Rasul, karena sifat sombong adalah hanya
milik Allah SWT. Mari kita berpikir ‘arif menyikapi setiap perbedaan
yang terjadi diantara kita. Jangan jadikan perbedaan menjadi pemicu
perpecahan. Mari kita ingat sebuah pesan Rasulullah SAW bahwasannya
perbedaan yang terjadi pada ummatku adalah sebuah rahmat, tentunya pesan
Nabi tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang mau berfikir,
sedangkan bagi orang-orang yang malas berfikir sudah barang tentu
perbedaan akan menghadirkan perpecahan ummat. Semoga kita selalu diberi
petunjuk oleh Allah SWT dan selalu berada dalam naungan rahmat dan
rahimNYA, dan mendapat syafaat baginda Rasulullah SAW di hari akhir
nanti. Amin. Wallahu a’lam bisshowaab.
بارك
الله لي و لكم في القرأن العظيم و نفعني و اياكم بما فيه من الأيات و ذكر
الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم أقول قولي هذا
واستغفر الله العظيم لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و
المؤمنات فاستغفروه انه هو الغفور رحيم
KHUTBAH KEDUA
الحمد
لله...الْحَمْدُ لِلّهِ مُوَفِّقِ اْلعَامِلِيْنَ. و أشهد أن لا اله الا
الله وحده لا شريك له وَلِيُّ اْلمُتَّقِيْنَ و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و
رسوله صادق الوعد اللأمين. اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و أصحابه
أجمعين. أما بعد فيا عباد الله اتق الله...اتق الله وَاعْلَمُوْا أَنَّ
الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه, وَ ثَنىَّ
بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِه, وَ أَيَّدَ اْلمُؤْمِنِيْنَ مِنْ عِبَادِه, فقال و
لم يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً.
وقال رسول الله صلي الله عليه و سلم من صلي علي صلاة صلي الله عليه بها عشرا.
اللهم
صل علي سيدنا محمد و علي ال سيدنا محمد, كما صليت على سيدنا إبراهيم و على
أل سيدنا إبراهيم, و بارك على سيدنا محمد و على أل سيدنا محمد, كما باركت
على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, فى العالمين إنك حميد مجيد.
وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين, ساداتنا إبي بكر و عمر و عثمات و على و عن
بقية أصحاب رسول الله أجمعين, و التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين و
ارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم
اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات
انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات يا أرحم الراحمين, اللهم
اَلِّفْ بين قُلُوْبِهِمْ و أَصْلِحْ ذَاتَ بينِهِم و انْصُرْهم على
عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اللهم إنا نسألك رضاك و الجنة و نعوذ بك من سخطك
و النار, اللهم إنك عفو كريم تحب الغفو فاعف عنا يا كريم. اللهم ادفع عنا
الغلاء و البلاء والوباء و الربي و الزني و الزلازل و المحن و سوء الفتن ما
ظهر منها و ما بطن عن بلدنا هذا خاصة و عن سائر بلاد المسلمين عامة يا رب
العالمين, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ و أدخلنا الجنة مع الأبرار يا عزيز يا
غفار يا رب العالمين و الحمد لله رب العالمين.
عباد
الله إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ, وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا
عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ
جَعَلْتُمُ اللّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا
تَفْعَلُونَ, و لذكر الله اكبر و الله يعلم ما تصنعون.
اقم الصلاة!!!!