ISTIQOMAH
& AMALAN DI BULAN SYAWAL
Oleh : ROHANI, SHI
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن, وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْن, وَلاَ
عُدْوَانَ إلَّا عَلى الظَّالِمِيْن, وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلااللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيْكَ لَهُ رَبَّ الْعَالَمِيْن, وَإلَهَ المُرْسَلِيْن, وقَيُّوْمَ
السَّمَوَاتِ والأَرَضِيْن, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمَبْعُوْثُ بِالْكِتَابِ المُبِيْن, الْفَارِقُ بَيْنَ الهُدى وَالضَّلالِ
وَالْغَيِّ وَالرَّشَادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين, أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ
المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْد....فَيَا عِبَادَ الله,
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالتَّمَسُّكِ بهذَا
الدِّيْن تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،
Ma’asyiral Muslimin,
Jamaah Sholat Jum’at Rahimakumullah,
Marilah, kita senantiasa
meningkatkan Taqwa kita kepada Allah Swt. Taqwa dengan sebenar-benar taqwa,
yakni marilah, kita senantiasa menjalankan segala perintah Allah Swt. serta menjauhi segala larangan-Nya.
Jamaah
Jum’at Rahimakumullah,
Kini kita tengah berada di bulan Syawal 14..... H dan
Bulan Ramadhan sudah meninggalkan kita, Tanpa adanya kepastian apakah di tahun
mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya,
memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil
kita. Kita juga tidak
pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita
selama bulan Ramadhan kemarin diterima oleh
Allah SWT atau tidak. Dua ketidakpastian inilah yang membuat sebagian salafus
shalih (para Ulama zaman dahulu) berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga
Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan diterima, lalu dari Rabiul
Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan
berikutnya.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Arti Syawal adalah
peningkatan. Demikianlah seharusnya. Paska Ramadhan, diharapkan orang-orang
yang beriman meraih derajat taqwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai bulan Syawal
kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri seseorang. Bukankah
kemuliaan seseorang tergantung pada ketaqwaannya
……... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)
……... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)
Akan tetapi, yang kita lihat
di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan. Penurunan
ibadah, juga penurunan kualitas diri. Diantara indikatornya yang sangat jelas
adalah kita bisa saksikan pada perayaan malam idul Fitri, moment yang suci ini
dirusak oleh masyarakat kita sendiri, dengan konvoi atau pawai motor yang
ugal-ugalan yang jauh dari nilai-nilai islami, dibukanya tempat-tempat hiburan
yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai
sejak hari pertama bulan Syawal. Na'udzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid
akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Umpatan, luapan emosional, dan
kemarahan kembali "membudaya". Bukankah ini semua bertolak belakang
dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya
telah dicuci dengan sebaik-baiknya? Jadilah ia kembali penuh noda. Jadilah ia
kembali menghitam dan semakin memburam.
Jamaah
Jum’at Rahimakumullah,
Fenomena itu sesungguhnya juga menunjukkan kepada
kita, bahwa puasa orang yang demikian tidak berhasil. Tidak mampu mengantarkan
seseorang meraih derajat taqwa, atau mendekatinya. Fenomena itu menjadi
indikator yang mudah diketahui oleh siapa saja yang mau memperhatikan dengan
seksama. Kita juga bisa menggunakan hadits Nabi sebagai kaidah yang seharusnya
kita perhatikan sebaik-baiknya: "Barangsiapa yang hari ini lebih buruk
dari hari kemarin, maka celakalah ia."
Lalu bagaimana amal seorang
muslim di bulan Syawal? Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut,
dan sekaligus sejalan dengan makna syawal yang berarti peningkatan, maka harus
ada peningkatan di bulan ini. Dan peningkatan itu tidak lain adalah berangkat
dari sikap istiqamah. Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya.
Allah Swt Berfirman :
öNÉ)tGó$$sù !$yJx. |NöÏBé& `tBur z>$s? y7yètB wur (#öqtóôÜs? 4 ¼çm¯RÎ) $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ×ÅÁt/ ÇÊÊËÈ
112. Maka tetaplah kamu
pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang
Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud
: 112)
Bentuk sikap istiqamah ini
dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara kontinyu, secara terus-menerus.
Jika kita istiqamah, maka Allah SWT menjanjikan tiga keistimewaan yang akan
kita dapatkan. Ketiganya difirmankan Allah dalam satu ayat yang sama, yaitu
dalam firman-Nya:
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# wr& (#qèù$srB wur (#qçRtøtrB (#rãϱ÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. crßtãqè? ÇÌÉÈ
30. Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30)
Ketika menafsirkan ayat ini, ulama salaf merujuk pada
hadits bahwa malaikat itu datang ketika seorang mukmin dalam kondisi sakaratul
maut. Sedangkan ulama muta'akhirin mengatakan bahwa ketiganya -asy-syaja'ah (keberanian), al-ithmi'nan (ketenangan),
danat-tafa'ul (optimis)- juga bisa dirasakan mukmin dalam kehidupan
ini.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Baginda Nabi Saw bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
Sesungguhnya amal yang paling
dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR.
Bukhari dan Muslim)
Maka amal-amal yang telah kita
biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal
dan bulan-bulan berikutnya. Nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan
Ramadhan juga tetap kita pertahankan. kita tak takut lapar dan sakit karena
kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak memerlukan
pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal
yang membatalkan, sebab kita yakin akan
pengawasan Allah (ma'iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam
puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang
meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada
dalam bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis tiba-tiba lalu hilang
seketika!
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Allah Swt. telah memberikan
kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga
bisa dimaknai sebagai tool dalam rangka meningkatkan ibadah
dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini
adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa
enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ
الدَّهْرِ
Barangsiapa berpuasa di bulan
Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia
seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Penurunan amal di bulan Syawal
sekali lagi adalah hal yang seharusnya kita hindarkan. Bulan Syawal justru
pernah menjadi bulan perjuangan yang amat menentukan bagi kaum muslimin. Itu
terjadi pada tahun 5 H. Bulan Syawal kali itu merupakan bulan yang mendebarkan.
Kaum muslimin dikeroyok oleh pasukan multi nasional yang merupakan gabungan
dari Quraisy, Ghatafan, dan lain-lain. Karena itulah perang ini dikenal sebagai
perang ahzab (gabungan/sekutu), disamping juga terkenal dengan sebutan perang
khandaq yang berarti parit, karena kaum muslimin menggunakan strategi membuat
parit di sekeliling Madinah untuk bertahan dan terbukti efektif, hingga pasukan
ahzab tidak bisa menyerang masuk Madinah.
Penggalian parit atau khandaq
ini adalah kerja keras yang luar biasa. Persatuan kaum muslimin benar-benar
terasa di sana. Begitupun keimanan mereka dan doa-doa yang khusyu' semakin
mendekatkan mereka kepada Allah. Ditambah dengan catatan-catatan kepahlawanan
mulai dari Nu'aim yang memecah belah pasukan Ahzab dan bani Quraidzah yang
berkhianat di belakang kaum muslimin, sampai keberanian dan kecerdasan
Hudzaifah Ibnul Yaman yang menerobos perkemahan pasukan Quraisy untuk mencari
informasi. Benar-benar peningkatan yang luar biasa paska Ramadhan. Lalu Allah
menolong kaum muslimin dengan menurunkan angin topan yang memporakporandakan
perkemahan pasukan Qurasiy.
Itulah contoh betapa bulan
Syawal tidak sepantasnya membuat ibadah dan kualitas diri kita turun. Justru
seharusnya, sesuai dengan makna syawal itu sendiri, maka kita harus mengalami
peningkatan dengan berupaya istiqamah serta meningkatkan kualitas ibadah dan kualitas diri kita.
بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِىْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم, وَتَقَبَّلْ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَا السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُالله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, إَنَّهُ هُوَاالْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ, وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ,
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى
اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.......اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ