Minggu, 04 Agustus 2013

KHUTBAH IDUL FITHRI 14.....

Khutbah I (kesatu)

بسم الله الرحمن الرحيم

الله أكبر –9
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده. ونصر عبده. وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون

الحمد لله , الحمد لله رب العلمين , والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين, وعلى آله وصحبه حملة لواء الدين , وانجم الهداية للمقتدين والواصلين
اشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين . واشهد أن محمد عبده ورسوله النور المبين والسراج المنيرخاتم النبيين.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحبه وأزواجه وذرياته ومن تبعهم إلى يوم الدين

أما بعد : فيا إخوان الكرام , اتقوا الله تعالى فقد فاز المتقون.
قال الله تعالى في القران الكريم : قد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى . بل تؤثرون الحياة الدنيا والآخرة خير وأبقى

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا(1)لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا(2)وَيَنْصُرَك

َ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا(3)هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilla-hil hamd. Ma’a-syiral Muslimi-na Rahimakumulla-h.
Setelah orang-orang beriman menunaikan kuwajiban ibadah puasa selama tiga puluh hari penuh di bulan suci Ramadhan, setelah mereka menyempurnakan keberkahan bulan itu dengan ibadah tambahan, seperti shalat tarawih dan tadarus, dan setelah mereka menutup penghujung bulan itu dengan menunaikan shadaqoh dan zakat fitrah dengan ihlas sehingga diterima di sisi Allah dengan peneriman yang baik, maka pada tanggal 1 (satu) syawal anak Adam kembali kepada fitrahnya.
Hari ini idul fitri. Sejak kemarin sore hingga semalaman dan sampai fajar pagi, dari segala penjuru belahan bumi, kalimat takbir, tahmid dan tahlil dikumandangkan bersama-sama. Bertalu-talu menghentak rongga dada dan merontokkan isinya. Mengguncang suasana, memeras hati dan menguras air mata. Menghidupkan hati mati, menggugah yang malas, mengingatkan yang lupa. Sedih menjadi gembira, derita dan nestapa menjelma bahagia. Yang keras dan kasar menjadi lentur, dendam dan iri dilupakan, dosa dan salah dimaafkan. Semua itu melebur menjadi kenikmatan azali, menyatu mengikuti irama syahdu silih berganti. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilla-hil hamd.
Sungguh Maha Besar Allah dengan segala ciptaan dan kekuasaan-Nya meski sekalipun tidak pernah ditakbirkan oleh siapa-siapa. Sungguh Allah tidak butuh dengan segala takbir itu. Akan tetapi di saat yang sangat bahagia ini agar Allah dirasa Besar di dalam dada hamba-Nya. Di dalam hati orang beriman yang telah melaksanakan tazkiyah sebulan penuh di bulan suci Ramadhan.
Dengan tazkiyah itu orang beriman membakar dosa dan kesalahan dengan api lapar dan dahaga. Menyepuh karakter yang berkarat dengan bara penyesalan dan taubatan nasuha. Memadamkan api amarah dan dendam dengan salju pengampunan. Mengosongkan rongga dada dari sifat sombong dan angkaramurka dengan tarawih dan tadarus malam. Selanjutnya, menjelang bulan Syawal (bulan peningkatan) tiba, di malam itu, mereka memancarkan kasih sayang dan pengampunan dengan shadaqah dan zakat fitrah.
Ketika hati telah menjadi putih bersih, kembali kepada fitrahnya, maka takbir disemaikan di dalamnya, agar Allah benar-benar Maha Besar di sana sehingga dunia dan isinya menjadi terasa kecil dan tidak mengusik lagi meski orang-orang beriman itu terpaksa harus bergelimang dengannya sepanjang tahun.
Paginya, di masjid yang mulia ini, dengan seluruh pemilikan yang ada, baik ucapan perbuatan maupun rasa, bersama seluruh keluarga dan handai taulan, hamba-hamba yang rindu kepada Junjungannya itu bersama-sama melebur menjadi satu. Larut dalam satu rasa dan nuansa. Menyatukan perasaan menghadap kepada-Nya untuk melahirkan kebesaran itu. Melahirkan rasa syukur, bahwa dengan Kebesaran itu, kali ini mereka mampu membesarkan-Nya.
Bahkan sejak sebulan penuh selama bulan Ramadhan. Dengan puasa maupun qiyamullail serta tadarusnya, mereka telah berusaha memasukkan Kebesaran itu di dalam hidupnya, di dalam jiwanya, dengan harapan, semoga yang sudah dilaksanakan itu diterima di sisi-Nya. Selanjutnya, semoga segala yang hina dimuliakan, segala yang rusak diperbaiki, segala yang kurang ditambahkan, yang sakit disembuhkan, yang sembuh disehatkan dan yang sehat dikuatkan demi Kebesaran-Nya yang abadi.
Itulah Idul Fitri, artinya kembali kepada Fitrah. Manusia telah kembali kepada asalnya, Kembali suci bersih, Kembali tidak punya dosa sehingga karakter mereka menjadi jernih. Karakter manusia telah kembali bersih dari hasut dan sombong, dari riya’ dan dengki sebagaimana pertama kali mereka dilahirkan oleh ibunya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilla-hil hamd. Ma’a-syiral Muslimi-na Rahimakumulla-h.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mem¬persekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS.An-Nisa’(4);48).
Selain dosa syirik, terhadap orang-orang yang dikehendaki, Allah Maha Penerima taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Rahmat Allah jauh lebih besar dibandingakan dosa-dosa hamba-Nya meskipun juga, tiada dosa kecilpun yang akan terlepas dari keadilan-Nya. Allah merasa sangat gembira kepada seorang hamba yang mau bertaubat. Allah bahkan lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya dibandingkan gembiranya orang yang menemukan untanya kembali setelah beberapa saat hilang. Unta itu pergi dengan membawa perbekalan makan dan minum di dalam perjalanan di kawasan yang tandus dan kering. Di saat musafir padang pasir itu beristirahat, diam-diam untanya meninggalkan dirinya dengan membawa seluruh perbekalan. Setelah dia mencari unta itu kesana kemari dengan susah payah dan tidak berhasil menemukan, dalam keadaan sangat lapar dan haus, dia berteduh di bawah pohon dengan penuh putus asa. Dia hanya dapat menunggu saat kematian datang sambil berbaring di atas akar pohon tersebut.
Dalam keadaaan seperti itu tiba-tiba unta yang dicari itu datang dengan seluruh perbekalan masih utuh. Lalu dia memegangi tali kekang unta itu sambil berkata dengan tanpa sadar atas kesangatan gembira yang dirasakan: “Ya Allah! Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhan-Mu”. Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya dibandingkan kegembiraan orang tersebut. Rasulullah SAW meriwayatkan peristiwa itu denan sabdanya :
حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT lebih merasa gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kamu di saat di dalam perjalanan di kawasan tandus (kering kerontang). Ketika berhenti beristirahat kemudian untanya berjalan perlahan-perlahan meninggalkannya sambil membawa perbekalan makanan dan minuman. Setelah dia mencari kesana-kemari dengan susah payah kemudian bernaung di bawah keteduhan bayang-bayang pohon serta berbaring di atas pokok akar dengan penuh rasa putus asa, dalam keadaaan yang demikian kemudian dengan tiba-tiba unta yang dicarinya muncul di sisinya. Dia terus memegang tali unta itu. Kemudian berkata dengan tanpa sadar atas kesangatan gembira yang dirasakannya: “Ya Allah! Engkau hambaku dan aku tuhan-Mu”. Karena ingatannya diputus oleh rasa kegembiraannya.
1. Riwayat Bukhari di dalam Kitab Doa hadits nomor 5834.
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Taubat hadits nomor 4932.(CD. al-Bayan)
Di dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda:
حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri RA berkata: Nabi SAW bersabda: Seorang lelaki dari kalangan ummat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang, lalu dia mencari seorang yang paling ‘alim di daerah itu. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia datang menjumpai pendeta tersebut dan berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang, adakah taubatku bisa diterima? Pendeta itu menjawab: Tidak. Mendengar jawaban seperti itu, langsung saja pendeta itu dibunuhnya, maka genaplah seratus orang yang telah dibunuhnya. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling ‘alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang Ulama, dia menjumpai Ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh sebanyak seratus orang. Adakah taubatku masih bisa diterima? Ulama itu menjawab: Ya! Siapakah yang dapat menghalangi kamu untuk bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu, karena lingkungan di negerimu sangat jelek.
Lelaki itu berangkat menuju tempat yang ditunjukkan. Ketika berada di pertengahan perjalanan tiba-tiba dia mati, kematian itu menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab bertengkar. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah, sedangkan Malaikat Azab berkata: Dia belum melakukan suatu kebaikanpun. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan ujud manusia dan melerai mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara kedua tempat. Mana yang lebih dekat itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat
1. Riwayat Bukhari di dalam Kitab Cerita-cerita Para Nabi hadits nomor 3211.
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Taubat hadits nomor 4167.(CD.al-Bayan)
Taubat yang dilakukan seorang hamba harus dimulai dari hati. Orang yang bertaubat harus sadar akan dosa-dosa yang sudah diperbuat dan menyesali lalu ditindaklanjuti dengan amal sholeh. Dalam arti meninggalkan segala kejelekan yang pernah dilakukan dan menggantinya dengan amal ibadah dan pengabdian yang hakiki. Disamping itu, supaya taubat tersebut bisa dilaksanakan dengan benar, orang yang bertaubat harus mendapat bimbingan guru ahlinya. Hal itu diisyaratkan Nabi SAW dalam sabdanya di atas; “Laki-laki tersebut bertanya kepada orang-orang yang paling ‘alim di negerinya”.
Ketika taubat sudah dilakukan sunguh-sungguh, meski taubat itu baru dilakukan pada tahap awal. Bahkan sebelum orang yang bertaubat itu selesai melaksanakan taubatnya, orang itu mati di tengah perjalanan, ternyata taubatnya diterima di sisi Allah, padahal orang itu bertaubat dari dosa membunuh seratus orang. Itu menunjukkan, betapa rahmat Allah jauh lebih besar dibandingakan dosa-dosa hamba-Nya, namun tentunya, asal seorang hamba bersungguh-sungguh dalam melaksanakan taubat kepada-Nya.
Hadits tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi hamba Allah yang beriman. Tuntunan yang diajarkan Allah melalui rasul-Nya. Orang beriman tidak harus putus asa terhadap dosa-dosa yang sudah mereka perbuat. Sebesar apapun dosa itu, asal bukan dosa syirik, manakala mereka bersungguh-sungguh bertaubat, niscaya Allah akan mengampuninya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilla-hil hamd. Ma’a-syiral Muslimi-na Rahimakumulla-h.
Berikut ini Kisah “Dahyah Al-Kalbi” salah satu raja suku bangsa Arab yang masuk islam di hadapan Baginda Nabi SAW dengan seluruh anggota keluarganya.
Diceritakan bahwa Rasulullah SAW menyukai Islamnya Dahyah al-Kalbi. Karena dia masuk islam bersama 600 anggota keluarganya di hadapan Nabi. Suatu saat Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah masukkanlah Dahyah al-Kalbi ke dalam Islam”. Saat Dahyah menginginkan masuk Islam Allah mewahyukannya kepada Nabi SAW setelah salat subuh. “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mengirimmu salam dan berfirman bahwa Dahyah akan menemuimu sekarang”.
Hati para sahabat diliputi rasa takut terhadap Dahyah pada masa Jahiliyah. Saat Sahabat mendengar berita tersebut, mereka tidak menginginkan Dahyah berada di tengah-tengah mereka. Rasulullah SAW mengetahuinya, beliau ingin menunjukkan kedudukan Dahyah. Rasulullah SAW tidak ingin bila Dahyah masuk Islam, lalu diperbincangkan dan dilemahkan hatinya. Karenanya, saat Dahyah masuk masjid, Nabi SAW mengangkat sorban dari punggungnya kemudian menghamparkan ke bumi dihadapannya sambil berkata, “Dahyah kemarilah”, Nabi SAW menunjuk kepada sorban itu.
Dahyah menangis melihat kemuliaan akhlak Rasulullah SAW tersebut. Dia mengangkat sorban Nabi, mencium dan meletakkan di atas kepala dan matanya. Dia berkata, “Apakah persyaratan masuk Islam? Terangkan kepadaku,” Rasulullah SAW bersabda, “Pertama kali hendaklah engkau membaca “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah”. Lalu Dahyah mengucapkan syahadat sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah arti tangisan ini padahal engkau telah dikaruniai Islam?” dia menjawab, “Sungguh aku telah melakukan dosa sangat besar, tanyakan kepada Tuhanmu apakah tebusannya? Bila Dia memerintahkan aku membunuh diriku, niscaya aku lakukan. Bila memerintahkan untuk mengeluarkan semua hartaku niscaya akan aku tunaikan”
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kesalahanmu wahai Dahyah?” Dahyah menjawab. “Aku adalah salah seorang raja bangsa Arab dan aku tidak ingin anak-anak perempuanku bersuami, hingga aku telah membunuh 70 anak perempuanku dengan tanganku sendiri.” Nabi SAW bingung mendengar cerita itu sehingga malaikat Jibril turun dan berkata: “Wahai Muhammad, sungguh Allah telah mengucapkan salam buatmu dan berkata kepada Dahyah, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, ketika engkau mengatakan ”Tiada Tuhan selain Allah,” Aku telah mengampuni dosa kafir dan kejahatanmu selama 60 tahun, bagaimana Aku tidak mengampuni dosamu yang akibat membunuh anak-anakmu itu ? “
Nabi SAW dan para sahabat menangis. Nabi SAW bersabda: “Ya Allah, Engkau telah mengampuni Dahyah yang telah membunuh 70 anaknya sendiri dengan hanya membaca syahadat sekali, maka bagaimana Engkau tidak mengampuni dosa orang-orang beriman yang setiap hari membaca syahadat dan berkata benar serta ikhlas. ( Hikayat Ash-Shufiyah. Muhammad Abu al-Yusr Abidin)
Dosa Dahyah adalah dosa yang dilakukan sebelum Islam. Meski dengan kejahatan selama 60 tahun, dosa tersebut dapat terhapus hanya dengan sekali membaca dua kalimat syahadat. Berbeda dengan dosa yang dilakukan oleh orang beriman, terlebih jika mereka sengaja melakukannya. Dosa yang sengaja dilakukan itu tidak cukup dapat dihapus dengan membaca kalimat syahadat saja, meski dua kalimat syahadat itu dibaca berulang-ulang pada setiap mereka melaksanakan sholat. Dosa tersebut harus ditaubati dengan sungguh-sungguh, sampai Allah benar-benar mengampuninya. Namun demikian orang beriman tidak boleh putus asa terhadap rahmat Allah, meskipun dosanya lebih besar dari gunung Uhud, rahmat Allah jauh lebih besar lagi. Allah berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(QS.Az-Zumar(39);53).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilla-hil hamd. Ma’a-syiral Muslimi-na Rahimakumulla-h.
Bulan suci Ramadhan dengan segala keutamaannya, baik rahmat, magfirah dan kebebasan dari neraka, hendaknya dapat kita jadikan momentum. Dengan ibadah utama itu menjadikan dosa-dosa orang beriman diampuni sehingga mereka menjadi orang yang bertakwa. Dalam kaitan ini maka kita bisa menambil kesimpulan: Yang dimaksud Hari Idul Fitri bukan hanya dengan memakai pakaian baru, makan yang baik-baik, memakai perhiasan yang indah-indah, bersenang-senang dengan keni’matan dan memperturutkan nafsu syahwat. Idul Fitri adalah menampakkan tanda diterimanya ta’at, dihapusnya dosa dan kesalahan, digantinya kejelekan dengan kebaikan, melahirkan kegembiraan dengan diangkatnya tingkat derajat dan kemulyaan di sisi Allah Ta’ala, lapangnya dada dengan Nur iman dan Ma’rifatullah, tenangnya hati dengan yakin dan dengan apa lagi yang munculnya oleh tanda-tanda yang lain, yakni memancarnya samudera ilmu dari hati melalui lisan dan ucapan berupa untaian kata-kata bijak dan kata-kata mutiara serta puisi dan sastra.
Hal tersebut sebagaimana yang pernah terjadi dari peristiwa seorang laki-laki ketika bertamu ke Rumah kediaman Imam Ali RA. pada hari Id. Dijumpainya Imam Ali RA. sedang makan tepung gandum kasar. Laki-laki itu bertanya: Hari ini adalah hari raya, mengapa Anda makan tepung gandum yang kasar ini?. Imam Ali RA. menjawab: Hari raya Idul Fitri adalah hari raya bagi orang yang puasanya diterima di sisi Allah, perjuangannya di sampaikan dan dosanya diampuni. Maka hari ini bagi kita hari raya, besuk juga hari raya, dan setiap hari dimana kita tidak berbuat ma’shiat berarti hari raya. Maka sayogyanya bagi orang berakal tidak memandang hari raya Id dengan pandangan dan penilaian yang lahir saja, tetapi juga yang batin dengan kaca mata tafakkur dan i’tibar. (Al-Ghunyah. 2/22)

قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون : لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم . ثم رددناه أسفل سافلين . إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم أجر غير ممنون
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين
Khutbah II (kedua)
الله أكبر –9 الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله , الحمد لله الذى جعل الدين رباطا متينا بين قلوب المؤمنين . وامربالاتحاد والتعاون ونهى عن التفرق والتنازع فى كتابه المبين
اشهد أن لا اله إلا الله القوى المتين . واشهد أن محمد عبده ورسوله ذوالقلب الرحيم والخلق العظيم وسيد الأنبياء والمرسلين
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وأزواجه وذرياته الذين طابت نفوسهم وصغت قلوبهم فكانوا هم السادة المنصورين
أما بعد : فيا إخوان الكرام , اتقوا الله تعالى فقد فاز المتقون
قال الله تعالى : لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ(4)ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ(5)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ(6)
وقال أيضا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبرهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد.
اللهم ارضى عن الخلفاء الراشدين امراء المؤمنين سادتنا أبي بكر وعمر وعثمان وعلي رضي الله عنهم وعن بقية الصحابت أجمعين وعنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين .
اللهم إغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيآء منهم والأموات . إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات
اللهم كما أنعمت علينا بالاسلام فزدنا منه ……..
اللهم حسن إيماننا بالتوفيق وزين سرائرن بالتحقيق
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة ………
عباد الله , إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فأذكروا الله أذكركم وأشكروه على نعمه يزدكم وأسئلوه من فضله يؤتكم . ولذكرالله أكبر

KHUTBAH IDUL FITHRI 14.... PESAN ROMADHAN

KHUTBAH PERTAMA

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab 12 jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan menjadi haram.

Sementara dari aspek sosial, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah merasakan lapar. Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama.

Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi

Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.

Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.

Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.

Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:
وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Pesan kedua adalah pesan sosial

Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat Allah.

Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Pesan ketiga adalah pesan jihad

Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu:
بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ
"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan ketaatan kepada Allah.

Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain.

Jama`ah Sholat Idul Fitri rahimakumullah
رُوِىَ اَنَّ بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ لَوَدَدْنَا اَنْ نَعْلَمَ اَيَّ التِّجَارَةِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ فَنَتَجَرُّ فِيْهَا فَنُزِلَتْ (يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ)
"Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami". Kemudian diturunkan ayat:
يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)

Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Jama'ah Sholat Idul Fithri rahimakumullah

Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial, serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

KHUTBAH IDUL FITHRI 1434 H (2)

Khutbah Idul Fitri 1434 H

الخطبة الأولى لعيد الفطر
الله أكبر ×9 الله أكبَرُ، كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَأَبْدَرَ. الله أكبَرُ، كُلَّمَاصَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرَ. الله أكبر، كُلَّمَا تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَأَمْطَرَ. كُلَّّمَا نَبَتَ نَبَاتٌ وَأَزْهَرَ، وَكُلَّمَا أَوْرَقَ عُوْدٌ وَأَثْمَرَ، وَكُلَّّّمّا أُطْعِمَ اْلَقانِعُ وَالْمُعْتَرُّ، الله أكبرُ ، الله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد، الحمد لله الَّذِى سَهَّلَ لِلْعِبَادِ طَرِيْقَ الْعِبَادَةِ وَيَسَّرَ. وَوَفَّاهُمْ أُجُوْرَ أَعْمَالِهِمْ مِنْ خَزَائِنِ جُوْدِهِ الّتِي لاَتُحْصَرُ، وَجَعَلَ لَهُمْ يَوْمَ عِيْدٍ يَعُوْدُ عَلَيْهِمْ فِي كُلِّ سَنَةٍ وَيَتَكَرَّرُ، وَزَكَّى أَبْدانَهُمْ مِنْ دَرَنِ السَّيِّئَاتِ وَطَهَّرَ، وتَابَعَ بَيْنَ اْلأَوْقَاتِ لِكَىْ تُشَيَّدَ بِأَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ وَتُعَمَّرَ، فَمَا مَضَى شَهْرُ الصِّيَامِ إِلاَّ وَأَعْقَبَهُ بِأَشْهُرِ الْحَجِّ إِلَى بَيْتِهِ الْعَتِقِ اْلمُطَهَّرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ الْمُسْتَحِقُّ لاَِنْ يُحْمَدَ ويُشْكَرَ، وَاَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمٍ لاَتُعَدُّ وَلاَتُحْصَرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الْمُلْكُ الْعَظِيْمُ الأَكْبَرُ، الَّذِيْ جَعَلَ لِكُلِّ شَيْءٍ وَقْتًا وَأَجَلاً وَقَدَّرَ، وَأَشْهَدُ أَنََّ سَيَّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ الْمُشَفَّعُ فِي الْمَحْشَرِِ، نَبِيٌّ مَاطَلَعَتِ الشَّمْسُ عَلَى أَجْمَلَ مِنْهُ وَجْهًا وَلاَ أَنْوَرَ، نَبِيٌّ أُسْرِيَ بِهِ مِنَ الْبَيْتِ الْحَرَامِ إِلَى المَْسَجِْدِ الاَقْصَى وَعُرِجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ حَتَّى كَانَ لَهُ فَوْقَ السَّمَوَاتِ مِصْعَدٌ وَمَظْهَرٌ، نَبِيٌّ غَفَرَ الله ُلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ومَاتَأَخَّرَ، وَأَعْطَاهُ سِيَادَةَ بَنِي أَدَمَ الأَسْوَدَ وَاْلأَحْمَرَ، نَبِيٌّ رَجَّفَتِْ هَيْبَتُهُ قُلُوْبَ الْجَبَابِرَةِ حَتَّى أُمِرَ أَمْرُهُ وَإِنَّهُ لَيَخَافُهُ مَلِكُ بَنِي اْلأَصْفَرِ، نَبِيٌّ غَفَرَالله ُمَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَاتَأَخَّرَ، مَعَ ذَلِكَ قَامَ عَلَى قَدَمِهِ الشَّرِيْفِ حَتَّى تَفَطَّرَ ، وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ فَمَا تَوَانَى وَلاَتَأَخَّرَ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علىعَبْدِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ الله ُعَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَ، الله أكبر ، الله أكبرلاإله إلاالله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد
Para hadirîn, jama’ah sholat ‘Id Rohimakumullôh ….
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah. Ketahuilah bahwa hari ini telah dinobatkan sebagai hari yang berlimpah akan berbagai anugrah dari dzat maha pemurah, sehingga usai menunaikan aktifitas Idul fitri di masjid atau musholla, setiap insan akan menerima bagiannya masing-masing, bagi mereka yang telah menjalankan amal kebajikan niscaya akan memperoleh keluhuran dan kemuliaan di buku catatan amalnya, sebaliknya, bagi mereka yang melakukan perbuatan dosa, kelak pasti akan meratapi kesedihan dan penyesalan yang mendalam.

Dalam hadits marfu’, Shohabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Baginda Nabi SAW bersabda : “Dikala hari raya Fitrah malaikat-malaikat turun ke berbagai belahan bumi, berdiri di perempatan-perempatan jalan, memberikan seruan dengan suara yang dapat didengar segala makhluk kecuali jin dan manusia, “Wahai umat Muhammad…..bergegaslah kalian menuju dzat maha pemurah, maha mulia, dzat yang maha memberi dengan pemberian yang agung dan maha pengampun dosa-dosa besar”. Lantas ketika orang-orang telah berada di masjid atau musholla, Alloh berkata kepada para malaikat-Nya : “Wahai para malaikat-Ku…..Apa balasan bagi orang yang bekerja, yang telah menyelesaikan tugas kerjanya?” Malaikat menjawab : “Ya Robby, sudah seharusnya Engkau memenuhi janji balasan dan pahala kepada mereka”. Allah berfirman : “Saksikanlah, sungguh Aku telah menjadikan balasan bagi mereka yang telah menyelesaikan amal puasa dan sholatnya dengan ridlo dan ampunan-Ku”. Dan Allah berfirman : “Mintalah kalian pada-Ku demi keluhuran dan keagungan-Ku, tidaklah kalian meminta di perkumpulanmu itu, apa saja atas nama akhiratmu di hari mulia ini kecuali pasti Aku kabulkan, dan atas nama urusan duniamu kecuali pasti Aku perhatikan, beranjaklah kalian dari tempat (perkumpulan) itu dengan mendapatkan ampunan, karena kalian sudah membuat-Ku bangga, niscaya Aku rido dan bangga pada kalian”.
Usai umat Islam beranjak dari masjid atau musholla, mereka laksana bayi yang baru terlahir dari sang ibu, yakni suci dari dosa. Diriwayatkan dari Abdillah bin Umar bahwa baginda Nabi mewajibkan zakat fitrah satu centhak (27 Ons) makanan pokok untuk tiap-tiap orang laki-laki, perempuan, besar, kecil yang beragama Islam. Zakat fitrah diwajibkan bagi mereka yang punya kadar untuk berzakat serta punya kelebihan untuk menghidupinya sendiri dan keluarganya pada malam dan siang hari raya. Dan zakat fitrah bisa dita’jil (dikeluarkan sebelum hari raya). Namun yang paling utama dalam mengeluarkan zakat fitrah yaitu pada hari raya sebelum solat Id ditunanikan, mulai saat dan hari ini-lah disebut wakti ikhroj (mengeluarkan zakat). Sedangkan mengeluarkan zakat setelah hari ini akan terkenai dosa sebab mengakhirkan zakat tanpa adanya udzur, serta wajib qodlo.
اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَِللهِ الْحَمْدُ.

Ma ‘asyirol muslimin rohimakumulloh….
Marilah kita senantiasa menjaga sholat, sebab sholat menjadi tiang agama Islam, perisai dari dosa besar juga dosa-dosa lain.
 إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ (العنكبوت : 44
Artinya : “Sesungguhnya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.
Barang siapa yang menjaga sholat, pasti juga dia menjaga agamanya, barang siapa yang menyia-nyiakannya, pasti terhadap hal-hal lain lebih menyia-nyiakan.
Marilah kita membayar zakat yang telah Allah wajibkan kepada kita dari harta kekayaan kita dengan penuh keikhlasan hati. Sebab Allah telah melimpahkan anugrah, kepuasan kepada kita, saat ini Allah meminta sedikit saja sebagai simpanan dan tabungan yang pasti kelak akan dikembalikan dengan berlipat ganda.
قال تعالى : مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً، وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ، وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (البقرة : 245
Artinya : “Barang siapa yang mau meminjamkan dengan kebaikan kepada Allah, niscaya Allah akan melipatkan pengembaliannya dengan berlipat ganda, dan Allah dzat yang menyempitkan rizki dan melapangkan. Dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.
Marilah kita berpuasa Romadondan menunaikan ibadah haji ke baitullah. Karena kedua ini termasuk arkanul Islam. Dan kita harus senantiasa berbakti pada kedua orang tua serta mempererat tali persaudaraan antar sanak famili. Kita juga harus berbuat baik terhadap fakir miskin dan anak-anak yatim. Kita harus bersabar atas segala cobaan yang menimpa, kala siang hari maupun malam hari. Marilah kita selalu amar ma’ruf nahi mungkar, sebab kedua ini kewajiban-kewajiban dalam syari’at Islam, serta agama tidak mungkin dapat tegak dan kokoh tanpa peranan amar ma’ruf nahi mungkar.
قال تعالى : وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (آل عمران :104
Artinya : “Dan hendaknya ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Saudara muslim yang berbahagia, mari kita senantiasa memenuhi takaran dan timbangan, sebab mengurangi takaran dan timbangan menyebabkan hidup sengsara dan dzolimnya penguasa. Kita juga harus menjauhi perbuatan syirik, sebab syirik merupakan dosa paling besar, sorga diharamkan bagi para pelaku syirik.
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ (المائدة : 72).
Artinya : “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, niscaya Allah akan mengharamkannya surga, dan tempatnya ialah neraka “.
Kita juga tak boleh gegabah membunuh orang-orang yang telah muliakan Allah, yakni orang Islam, sebab membunuh orang termasuk dosa besar.
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا (النساء : 93).
عَنِ النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : لَزَوَالُ الدُّنْيَا بِأَسْرِهَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ، وَلَوْ أَجْمَعَ أَهْلُ السَّمَوَاتِ وَأَهْلُ اْلأَرَضِيْنَ عَلَى قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ َلأَ كَبَّهُمُ اللهُ فِى النَّارِ أَجْمَعِيْنَ .
Artinya : Nabi SAW bersabda : “Demi Allah, lenyapnya dunia seluruhnya akan lebih ringan menurut Allah dari pada membunuh seorang Muslim, seandainya saja penghuni langit dan penghuni bumi bergabung untuk membunuh seorang Muslim, pasti kesemuanya akan dilemparkan oleh Allah ke jurang neraka”.
Saudara muslim yang berbahagia…
Kita juga harus menghindari dari praktek riba, karena hakikat laba materi dari riba adalah murni kerugian yang berakibat musnahnya keberkahan serta berujung ke jurang neraka.
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ (البقرة  : 276)
Artinya : “Allah memusnahkan riba dan menggandakan sodakoh, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir, yang selalu berbuat dosa”.
Dan marilah kita hindari perbuatan menuduh zina terhadap wanita mukmin yang memiliki upaya menjauhi dosa dan lalai dari maksiat, karena tindakan ini jelas diharamkan dalam nash Al Qur’an, sebab termasuk سبع الموبقات
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَاْلآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ  )النور : 23
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh zina pada wanita yang baik-baik, yang terhindar perbuatan keji, maka mereka terlaknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar”.
Dan janganlah kita sesekali berani melakukan zina, karena zina termasuk dosa besar lagi mungkar.
” وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً (الإسراء : 32) “  .
Artinya : “Janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan perbuatan yang amat buruk”.
Nabi SAW bersabda :
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ بَعْدَ الشِّرْكِ بِهِ مِنْ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ نُطْفَتَهْ فِى فَرْجٍ حَرَامٍ.
Arttinya : “Tiada dosa yang lebih besar bagi Allah setelah perbuatan syirik daripada tindakan seorang laki-laki yang menuangkan spermanya pada kemaluan wanita yang diharamkan”.
Marilah kita hindari perbuatan ngerumpi, mengadu domba, menipu, dan mengeluarkan kata-kata kotor, sebab Allah telah mengharamkan perbuatan-perbuatan ini dalam Al Qur’an Al Karim. Begitu juga menghianati janji, memakan harta-harta anak yatim, menggangu harta wakafan umat muslim, sebab dua perkara ini tidaklah mencampuri hartanya orang kaya kecuali pasti berakibat kemelaratan dan kemiskinan, serta tidaklah memasukui suatu rumah pasti menjadikan suasana kemelut dan bringas. Dan marilah kita jauhi perbuatan sombong, takabur, karen ini telah diharamkan berdasarlan nash Al Qur’an dan hadits.
وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا، إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا  (الإسراء : 37)
Artinya : “Janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tak dapat menembus bumi dan tak akan sampai setinggi langit”.
قال النبي صلى الله عليه وسلم  مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ .
Artinya : Nabi SAW bersabda : “Pakaian yang melebihi dua mata kaki (untuk kesombongan), maka itu bagiannya neraka”.

Kita juga harus menghindari dari mengkonsumsi barang haram yang merusak akal sehat, sebab bagi orang yang mati karena minum-minuman keras, Allah telah menvonisnya dengan meminumkan nanah penghuni neraka padanya. Dan ketika kita bersumpah dengan menyebut asma Allah dalam perseteruan atau ajang persumpahan lainnya, kita harus memuliakan sumpah tersebut, jangan sampai kita merampas harta orang lain dengan sumpah palsu. Nabi SAW bersabda :
مَنْ اِقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِيْنِهِ لَقِيَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانَ قَالُوْا : وَاِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيْرًا يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : وَاِنْ كَانَ قَضِيْبًا مِنْ أَرَاكٍ.
Artinya : “Barang siapa yang mengambil harta orang lain dengan memakai sumpahnya, niscaya dia akan menghadap Allah dalam keadaan yang murka kepada dirinya. Para shohabat bertanya kepada Nabi : “Walaupun hanya sedikit harta?” Nabi menjawab : “Walaupun hanya kayu pembersih gigi”. 

Serta ketika berhutang, pihak yang ditagih harus baik dalam membayar hutang, dan pihak yang menghutangi harus baik dalam menagih. Dalam suatu hadits disebutkan:
وفى الحديث  : ” رَحِمَ اللهُ إمْرَأً سَمْحًا إِذَا بَاعَ سَمْحًا إِذَا اشْتَرَى سَمْحًا إِذَا قَضَى سَمْحًا إِذَا اقْتَضَى ” .
Artinya : “Allah mengasihi pada orang yang ramah dalam menjual, ramah dalam membeli, ramah dalam membayar hutang dan ramah dalam menagih hutang”.
اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَِللهِ الْحَمْدُ.
Saudara muslim yang berbahagia…
Ketahuilah bahwa musuh besar kita adalah iblis, karena selama masa Romadlon selalu merasa gagal dalam menggapai hasratnya dan terus terbelenggu. Maka ia senantiasa bertekad untuk balas dendam kepada kita dengan menjadikan amal-amal kita semasa Romadon laksana debu yang beterbangan, yakni sirna tiada guna. Marilah kita lawan iblis laknatulloh dengan berperisai sifat belas kasihan Allah, sehingga iblis tetap saja rendah lagi terhina. Iblis haruslah menyadari bahwa anugrah Allah senantiasa berlimpah sepanjang masa, serta laskar Allah, walau bagaimanapun kondisinya, pasti akan memperoleh pertolongan dan kemenangan.
Para hadirin, jama’ah sholat ‘Id…..
Sudah selayaknya kita pada majlis perkumpulan ini merenungkan apa yang akan menimpa kita, yakni berbagai kesulitan dan musibah yang sungguh-sungguh akan mengejutkan kita. Dan marilah kita menjaga dan menjauhi dari segala hal yang akan mempermalukan kita kelak di hari perhitungan amal, juga dari segala perbuatan kotor yang diharamkan berdasarkan nash Al Qur’an dan hadits. Marilah kita bertafakkur, mengenang orang-orang yang beberapa waktu lalu masih sempat sembahyang berjama’ah di tempat ini, seperti bapak, anak, saudara, kerabat, sahabat, bagaimana mereka tersingkir dan terpisah dari peradaban dunia karena direnggut kematian, lantas mereka harus mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan di dalam liang-liang kubur yang gelap gulita, sudah tak ada kesempatan lagi untuk mengurangi dosa-dosa ataupun menambah amal kebaikan. oleh karena itu kita harus selalu berhati-hati dan waspada, sudah pasti kita akan menyusul ke tempat persemayaman mereka, serta akan menemui balasan dari apa yang pernah kita perbuat. Yang pasti akan menyesali atas amal kebaikan yang kita tinggalkan dan kita abaikan di dunia ini.
فَإنَّا ِللهِ وَاِنَّااِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
أَعَادَ اللهُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْعِيْدِ وَأَمَّنَنِى وَاِيَّاكُمْ مِنْ سَطْوَةِ يَوْمِ الْوَعِيْدِ، وَاللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ وَفِى قَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْآنَ فَاسْتَمِعُوْالَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ. إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ﴾ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
 

Sabtu, 03 Agustus 2013

KHUTBAH IDUL FITHRI 1434 H

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى هذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ, أَمِّا بَعْدُ: فَياَ مَعَاشِرَ الْمُسْلِمينَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ, وَقَالَ الله تَعَالَى:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً }
Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Wa lillahil hamd!
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah!
Di pagi hari ini kita merasakan kegembiraan yang luar biasa, tapi juga ada perasaan sedih yang sangat mendalam. Gembira, karena kita berada dalam suasana hari Raya Idul Fitri. Tapi juga sedih, karena ditinggal bulan Ramadhan pergi.
Kita merasakan betapa Ramadhan cepat berlalu. Kenangan yang begitu sangat indah cepat sekali berakhir. Kita tak menyangka Ramadhan berlalu secepat ini.
Kita sekarang baru sadar bahwa kita belum begitu banyak beribadah di bulan Ramadhan ini. Banyak amalan dan waktu yang kita sia-siakan. Kebanyakan kita bersemangat di awal lalu melemah di akhir. Kita lebih banyak mempersiapkan makan dan minuman, dari pada beribadah. Kini kita sadar bahwa Ramadhan telah pergi, dan tak mungkin mau diminta kembali lagi. Kecuali, tahun yang akan datang. Sementara kita belum tentu masih hidup.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah. Meskipun kita belum tentu bertemu lagi dengan bulan Ramadhan, yang pasti sekarang masih ada waktu. Allah mengarahkan ketika kita sudah menyelesaikan suatu urusan maka kita harus segera mengerjakan urusan lain.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap.” (Asy-Syarh: 7-8).
Mari kita mohon ampun kepada Allah atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan. Sedang ibadah dan kebajikan yang sudah kita lakukan dengan baik hendaknya tetap kita lakukan. Kita jaga nilai-nilainya sehingga mewarnai kehidupan kita bersama. Jangan sampai terjadi, semuanya berakhir bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadhan.
Allah memerintahkan kepada kita semua, orang-orang yang beriman, agar memeluk Islam itu secara kaaffah. Totalitas. Tetap beribadah kepada-Nya secara utuh dalam semua waktu dan keadaan. Allah membenci orang yang beragama setengah-setengah. Beragama secara parsialilitas itu adalah salah satu dari cara Syetan menyesatkan kita. Allah Swt. berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kamu secara kaaffah (totalitas), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 208)
Beragama Islam secara kaffah (totalitas) paling tidak mencakup empat hal.  Pertama, kaaffah dalam pengertian keseluruhan ajaran Islam. Islam adalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna. Allah berikan kepada kita untuk mengatur keseluruhan aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus menerima dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil setengah-setengah. Salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya yang lain kita buang.
Banyak orang yang ketika shalat menggunakan tata aturan Islam, tapi sayang ketika berjual beli tidak mau diatur Islam. Ada juga yang saat berpuasa konsisten dengan tata aturan Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta, tapi saat berpolitik tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam sehingga bermain culas, lalu korupsi dan suka berbohong. Banyak yang punya anggapan ini masalah politik, bukan masalah agama. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh berdusta dan culas. Padahal Islam sesungguhnya sebagaimana mengatur tentang shalat dan puasa juga mengatur tentang dagang dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana. Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi bahkan saat tidur. Mengatur manusia dari lahir hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara bahkan dunia.
Kita sudah lama dicekoki dengan ajaran sesat sekularisme, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, yang memisahkan antara urusan negara dan agama.
Perlu ditegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah adalah agar kita jadikan pedoman hidup. Kita amalkan semua ajarannya. Bukan sekadar kita baca untuk mencari pahala, sementara tata aturannya kita tinggalkan. Kita ambil mana yang kita suka dan kita buang mana yang kita tak suka.
Sungguh, Allah mengecam berat terhadap orang-orang yang beragama secara parsial.
ثُمَّ أَنتُمْ هَٰؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِم بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَارَىٰ تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ ۚ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٨٥﴾
“Apakah kamu beriman kepada sebagian isi Al Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 85).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Kalau hari ini kita merasakan kehinaan, krisis dan bencana yang menimpa kita umat Islam, maka harus segera kita sadari karena kita tidak mengamalkan ajaran Islam secara totalitas.
Bangsa Indonesia, negara kita yang tercinta ini, merdeka dari penjajahan portugis, Belanda, Jepang, dll adalah jelas berkat rahmat Allah yang maha kuasa. Tapi sungguh sangat miris, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, hingga dengan saat ini, hukum penjajah yang masih kita pegang teguh untuk mengatur negara ini, sementara hukum dan tata aturan Allah kita jauhkan.
Marilah kita segera sadar, kalau ingin selamat dunia akhirat, dan menjadi bangsa dan negara yang kuat, maju, adil dan makmur, tak ada pilihan lain kecuali harus mengamalkan ajaran Islam secara lengkap dan totalitas, dalam seluruh lini kehidupan. Allah berfirman:
صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ ﴿١٣٨﴾
“Pegang teguhlah Shibghah (tata aturan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghah (tata aturan) nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (Al-Baqarah: 138)
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.
Yang kedua, kaaffah (totalitas) dalam pengertian tempat. Artinya, kita harus mengamalkan ajaran Islam di mana pun kita berada. Karena Islam diturunkan oleh Allah untuk semua manusia di seluruh kolong jagat ini.
Ada yang punya pandangan bahwa Indonesia bukan Arab, maka tak bisa diatur dengan Islam. “Beda dengan Arab,” kata mereka. Ini adalah pandangan yang sangat keliru. Bumi Arab adalah Allah penciptanya, dan bumi Indonesia adalah sama, Allah penciptanya. Dan, memang bumi ini secara keseluruhan di mana saja adalah Allah Penciptanya. Maka siapa saja yang tak mau diatur oleh Islam yang diturunkan oleh Allah hendaknya tidak berada di bumi yang diciptakan oleh Allah. Di mana bumi dipijak, di sana langit harus dijunjung. Di bumi mana pun kita berada, hendaknya hukum langit kita patuhi. Adat bersandi Syara’, Syara’ bersandi Kitabullah. Allah berfirman:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ ﴿٣٣﴾
“Hai kaum jin dan manusia, jika kamu bisa menembus (keluar) dari penjuru langit dan bumi, maka keluarlah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33).
Ada juga di antara kita yang saat berada di kota Madinah atau Mekah tunduk dan patuh kepada aturan Islam, rajin ke masjid, berdoa dan menangis beristighfar dan bertaubat, tapi sayang tidak lagi seperti itu bila sudah pulang ke kampung halaman. Ini berarti tidak kaaffah secara tempat. Apakah kita mengira Allah itu ada hanya di Mekah dan Madinah, dan tidak ada Allah bila sudah di Bengkulu atau di Jakarta?!
Oleh karena itu, jangan sampai dibiarkan bila ada yang mempunyai pemikiran menjadikan Enggano, Pulau Baai atau tempat-tempat lainnya sebagai tempat kemaksiatan.
Perlu kita sadari, sebagai orang beriman, bahwa Allah melihat kita di mana saja kita berada. Di Arab dilihat Allah, maka di Amerika, Eropa, Mesir, Cina, Indonesia dan di mana saja juga sama dilihat Allah. Tidak ada tempat di muka bumi ini, sejengkal pun, yang manusia boleh seenaknya berbuat dosa.
Allahu akbar3x walillahimhamd.
Yang ketiga, kaaffah (totalitas) dalam pengertian keseluruhan waktu. Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah kapan saja. Pagi maupun sore. Siang atau malam. Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu.
Ada di antara kita ke Masjid kalau hari Jum’at saja. Padahal kita dipanggil oleh Allah lima kali dalam setiap hari. Bahkan ada yang hanya ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri saja. Termasuk banyak di antara kita yang rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah bulan Ramadhan, selesai semuanya. Banyak artis dan penyiar TV memakai jilbab, tapi setelah Ramadhan dibuka kembali. Seakan-akan Allah hanya ada di bulan Ramadhan dan tak ada lagi di bulan-bulan yang lainnya. Ini berarti tidak kaaffah.
Yang keempat, kaaffah dalam pengertian keseluruhan keadaan. Artinya, kita harus berislam, tunduk dan patuh kepada Allah baik dalam kondisi gembira atau susah, lapang atau sempit, sehat atau sakit, suka atau duka.
Ada orang yang ketika sehat rajin shalat, tapi ketika sakit tidak lagi. Atau sebaliknya, ketika sakit rajin shalat dan berdzikir serta berdoa, tapi ketika sehat lupa kepada Allah. Ketika miskin rajin ke Masjid, tapi ketika sudah kaya dan jadi pejabat tak lagi ke masjid.
Allah berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ ﴿١١﴾
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di pinggiran. Maka jika ia memperoleh kebaikan (kesenangan) tetaplah ia dalam keadaan itu. Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana (yang tidak menyenangkan) berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj: 11)
Nabi bersabda:
تَعَرَّفْ إِلى اللهِ فيِ الرَّخاءِ يَعْرِفْكَ فيِ الشِّدَةِ
“Ingatlah kamu saat senang, niscaya Allah mengingatmu saat susah.” (Hr. Thabrani)
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaaffah (totalitas),”
Kita dipanggil agar ketika kita telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman maka kita harus benar-benar menerima dan mengamalkan keseluruhan dari ajaran Islam di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.
Selanjutnya kita pun diingatkan:
كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
 “Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnhya Syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.”
Syetan itu sangat licik, dan memiliki seribu satu cara untuk menyesatkan manusia. Syetan itu menyesatkan, tapi bisa datang dengan seakan-akan memberi nasihat (al-A’raf: 21). Syetan juga biasa mengubah nama sesuatu yang buruk dengan nama yang baik. Pohon larangan yang dilarang oleh Allah, dinamakan oleh Iblis sebagai syajarah khuldi yang berarti pohon keabadian (Thaha: 120, Al-A’raf: 20). Syetan juga bisa menyulap sesuatu yang buruk tampak baik dan yang baik tampak buruk, yang diperintah terasa berat dan yang dilarang terasa ringan. (Al-Hijr: 39).
Di samping itu syetan akan menggoda manusia dari seluruh penjuru. Dari depan, dari belakang, samping kanan dan kiri. (Al-A’raf: 17).
Syetan itu adalah musuh yang sangat nyata bagi kita. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ ﴿٦﴾
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongan (partai) nya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Faathir: 6)
Mari kita jadikan Syetan sebagai musuh kita bersama.
Syetan pun mempunyai partai, maka hendaknya kita semua berhati-hati. Syetan itu selalu kampanye setiap hari bahkan setiap detik. Tidak hanya lima tahun sekali. Dan, kini Syetan-Syetan itu pun telah dilepas kembali setelah diikat selama bulan Ramadhan.
Mari kita buktikan, bahwa kita bisa mengalahkan syetan bukan hanya saat syetan diikat, yaitu di bulan Ramadhan. Kita harus juga bisa mengalahkan syetan meski telah dilepas yaitu di luar bulan Ramadhan. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan (benar-benar) beragama Islam.” (Ali Imran: 102)
Allahu Akbar 3x wa lillahil hamd.
Mari kita bershalawat buat Nabi Muhammad. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga beliau, sahabat beliau dan umat beliau yang setia hingga akhir zaman.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَناَ وَلِوَالِدِيْناَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمينَ وَالْمُسْلِماتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.
Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kecuali kami dalam kondisi beragama Islam.
Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari taufan badai dan banjir yang menenggelamkan dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka. Ya Allah, hancurkanlah orang-orang yang tak suka dengan Agama-Mu, yang menghina Kitab-Mu, Yang mempermainkan Syariat-Mu. Baik yang ada di Mesir, di Suriah, di negeri-negeri Arab, maupun yang ada di sini, di timur dan Barat.
Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan Agama-Mu. Dan, karuniakanlah kepada kamu keberkahan dari langit dan bumi.
Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin…3X
Ya Allah, yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Syetan. Jangan segera Engkau lenyapkan hari yang suci ini. Berikanlah waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Kami masih ingin shalat ‘Idul Fitri kembali. Ya Allah, jangan biarkan orang-orang yang sengaja merusak kesucian ‘Idul Fitri dengan pesta dosa dan kemaksiatan. Yang membuat masyarakat kami rusak dan anak-anak kami hancur. Ya Allah, jauhkan mereka dari kami.
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, para janda, anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi mereka yang ditimpa musibah. Baik yang di Aceh, di Jawa, di Sulawesi, di Mesir, di Palestina, di Suriah, di Eropa dan di mana pun mereka berada. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi- Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.
Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela syariat-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa.
Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.
Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.
Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkan hati kami di atas agama-Mu.
Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin..Aamiin ya Rabbal ‘alamin…
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ